Story from Nederland part 4
Diposting oleh arifpemenang , Senin, 27 Mei 2013 17.50
Openlutch Museum Trip
Chris tidak henti – hentinya memanjakan kami dengan mengajak
ke tempat wisata yang luar biasa. Hari minggu destinasinya ada di Openlutch
Museum, Arnhem City. Apakah anda sudah pernah ke Taman Mini Indonesia Indah
yang ada di Jakarta? Ya, kira – kira mirip itulah. Di sini anda akan menemukan
sejarah Belanda. Anda akan menemui berbagai bangunan tradisional masa lampau.
Sekolah – sekolah Belanda tidak mengajarkan sejarah bagaimana mereka menjajah
Indonesia. Hanya ada sejarah mereka dijajah oleh negara Jerman. Itu sesuatu
yang kelam bagi mereka. Bedanya dengan TMII tempat ini berada di tengah hutan
dan dingiiinnnn. hehehe
Sebelum memasuki museum, kami melihat alat musik
tradisional. Bentuknya unik memang. Lagu – lagu tidak diputar di kaset, tetapi
seperti sebuah buku kemudian dimasukkan ke dalam alat musik. Sang pemutar perlu
memutar pedal pada alat musik tersebut. Ternyata untuk memutarpun perlu dengan
seni. Tidak sembarangan aja memutar, harus tahu lagunya juga. Saya coba memutar
alat itu, hasil suaranya gak karuan. Tak lupa narsis di depan alat musik deh.
Tak lama kami langsung masuk ke museum. Chris menawarkan
apakah pertama naik kereta dulu? Kami jawab it’s oke. Ada kereta kecil yang
merupakan kereta listrik pertama kali yang ada di Belanda. Ternyata kereta
listrik itu udah lama ada di sini lo. Naiklah kami ke kereta itu dan bentuknya
klasik banget. Kereta dilengkapi dengan penghangat ruangan yang membuat kami
semakin nyaman saja. Ada rel yang mengelilingi berbagai rumah tradisional di
Belanda. Kami tidak berhenti dulu untuk
melihat – lihat rumah itu. Kami berhenti dulu di stasiun lobby museum untuk melihat
gambar 3D sejarah kehidupan tradisional Belanda. Saya belum pernah ke 4D yang
ada di Indonesia seperti apa (ndeso. Hehe). Jadi di sini ada beberapa gambar 3D
yang dikombinasikan dengan LCD proyektor. Kami memasuki sebuah ruangan seperti
bioskop. Ruangan itu bergerak kesamping, atas dan bawah secara memutar untuk
melihat gambar 3D yang didesain sangat menarik. Kami melihat berbagai keindahan
gambar di sana. Kami jadi tahu bagaimana kehidupan orang Belanda di masa
lampau. 20 menit telah berlalu dan acara tersebut sudah selesai.
Chris mengajak kami untuk melihat rumah – rumah tradisional.
Layaknya rumah adat yang ada di TMII. Bedanya, di setiap rumah ada orang yang
mendemontrasikan tertentu. Misalnya, ada rumah yang berfungsi sebagai pembuat
alat dari besi. Ada orang yang mendemontrasikan gimana membuat besi dengan alat
– alat manual dan bara api. Mereka
mendemontrasikan dengan bahasa Inggris atau Belanda. Beragam alat dan
tempat tinggal tradisional di Openlutch Museum.
Tempat yang paling menarik adalah rumah yang merupakan camp
orang Indonesia dan menceritakan tentang
sejarah datangnya 12.500 orang Maluku (Indonesia) ke Belanda. Mereka
didatangkan ke Belanda oleh KNIL. Orang – orang Maluku tersebut dibuatkan rumah
yang layak huni oleh pemerintah. Mereka disebar di masing – masing town 25
orang dan satu rumah. Anda bisa menemukan sample bumbu rempah Indonesia di
rumah ini.
Setelah capek berjalan dari satu rumah ke rumah yang lain,
akhirnya kami kembali ke lobby dengan naik kereta lagi. Bunga tulip berbagai warna kami lihat dalam perjalanan menuju lobby. Kami sempatkan untuk berfoto - foto di kebun bunga itu. Mumpung lagi mekar. Saya sangat beruntung pada saat di sini kami melihat bunga tulip yang begitu cantik. Belanda mampu merubah
sesuatu yang sebenarnya biasa menjadi sesuatu menarik. Pengelolaan tempat
wisata yang menurutku perlu dilakukan oleh Indonesia. Betapa kayanya Indonesia
akan keanekaragaman suku. Betapa banyaknya wisata alam Indonesia yang sangat
indah. Di Belanda semuanya rapi. Bahkan pohon yang ada di hutan pun kelihatan
ditata dengan rapi. Potensial Indonesia menjadi negara nomer wahid di bidang
pariwisata itu sangat tinggi. Saya berharap pemerintah membaca tulisan ini
supaya ada pembenahan yang nyata. Apabila tempat wisata banyak dikunjungi
wisatawan, maka akan menambah pendapatan negara.
Posting Komentar