Tidak ada kata gagal, yang ada proses belajar

Diposting oleh arifpemenang , Selasa, 13 November 2012 20.06

Angka 7 merupakan suatu angka yang sangat spesial buat saya. Hal itu pertanda sudah 7 kali saya melaksanakan bisnis dan alhamdulillah semua sukses tutup. Perjuangan yang saya rasa cukup berarti untuk ke depannya. Seringkali saya ditanya temen2 apa kamu tidak malu gagal kok terus menerus dan terus kapan suksesnya? Bagi saya tidak ada istilah gagal, yang ada adalah proses belajar.

Pertama bisnis yang saya jalani adalah Dea Mie 2. Hal itu merupakan kebanggaan bagi saya karena dalam umur yang masih 18 tahun saya berhasil mendirikan kerajaan bisnis walaupun masih berupa warung. Dengan modal nekat atau istilah dengkul akhirnya saya dirikan Dea Mie 2 yang terletak di Stasiun Bojonegoro. Dengan memberdayakan 2 tenaga, alhamdulillah bisnis ini mengalami kerugian dan akhirnya sukses tutup.

Bisnis kedua adalah Bisnis tour. Bisnis yang kedua ini saya direkrut oleh seorang partner yang saya anggap sudah layak bisnisnya terutama di bidang tour and travel. Karena kesalahan yang saya buat karena membuat kebijakan tanpa ada persetujuan kedua belah pihak maka terjadi perpecahan yang berakibat fatal. Saya dituntut untuk membayar ganti rugi. Dengan jalan musyawarah akhirnya saya berhasil menyelesaikan kemelut yang terjadi. Dan akhirnya alhamdulillah bisnis ini saya tinggalkan.

Setelah bisnis tour saya tinggalkan kemudian saya menginjak bisnis ketiga yaitu mendirikan perusahaan travel baru yang saya beri nama "Travel Kita". Awalnya bisnis ini bagus karena fokus pada penjualan tiket pesawat terbang. Omsetnya bagi saya cukup besar. Namun, karena ada beberapa kesalahan yang membuat saya rugi. Untuk meningkatkan keuntungan perusahaan kami membuat event tahun baruan di Lombok. Dan alhamdulillah tidak ada satupun customer yang berminat untuk memakai jasa pariwisata kami. Karena tidak ada pilihan dan terus merugi maka kami bubarkan perusahaan ini.

Pengumuman Dana dikti telah keluar dan saya berhasil mendapatkan dana 21 juta dengan brand House of Ice. Adanya pengumuman ini yang membuat saya juga membubarkan Travel Kita karena saya harus fokus. Itupun didesak oleh mentor yang mengajari saya bagaimana berbisnis. Saya diminta untuk pilih salah satu bisnis yang bisa membuat saya fokus. Dan dengan berat hati saya fokus di HOI (House of Ice). Bisnis ini saya rasa cukup bagus bagi saya karena berhasil membuat 3 cabang. Dari ketiga cabang hanya satu outlet yang rugi dan bagi saya itu tidak masalah. Namun, masalah datang ketika liburan kuliah tiba. Outlet saya berada di kampus semua sehingga membuat saya pontang panting.

Untuk menambah penghasilan maka saya membeli paket kemitraan jamur crispy Mr. Jac. Saya letakkan outlet di kampus bebarengan dengan HOI dan alhamdulillah jamur ini bisa menjadi dongkrak bisnis karena omsetnya cukup besar. Dan setiap event saya jarang menemui adanya kerugian. Namun, lama kelamaan jarang muncul event dan kampus pun libur. Bersama HOI bisnis jamur crispy saya akhirnya ikut turun dan tidak beromset sama sekali.

Setelah sekian lama tidak beromset akhirnya ada peluang menjadi distributor alarm LPG. Bisnis ini pun sangat fenomenal karena hanya bermodalkan trust atau kepercayaan melalui internet saya berhasil menjual alarm LPG ini sampai ke Medan dan Palembang dalam jumlah yang cukup besar. Namun, karena trend yang sudah turun dan banyak dijual dimana - mana maka omsetpun kembali turun. Bagi saya tidak masalah karena tidak mengeluarkan modal. Dan saya anggap itu pengalaman bisnis tanpa modal. hehehehhe

Dan yang ketujuh adalah bisnis yang membuat saya terkesan. Setelah dirayu oleh teman untuk meninggalkan HOI karena sudah tidak berprospek akhirnya saya terjun ke S Sempoyongan. Bisnis yang langsung difranchisekan walaupun belum teruji. Pada awal bisnis ini kami langsung mengikuti event pameran franchise di Bali dan alhamdulillah outlet kami laku. Untuk pertama kali outlet kami buka di Bali. Itu kebanggaan bagi saya. Namun, karena berbagai suatu hal yang mungkin juga kesalahan saya yang membuat saya mundur dari manajemen s sempoyongan. Istilahnya sesuai dengan namanya saya menjadi sempoyongan betul. hahahahahahah

Alhamdulillah di Bulan Ramadhan ini saya mengalami 7 kali bisnis dan semua berhasil sukses tutup. Mungkin udah rekor kali ya di usia 20 tahun sudah bangkrut 7 kali. heheheheheh. Dan saya anggap itu bukan suatu kebangkrutan melainkan proses belajar. Emang keliatan banyak tenaga yang saya keluarkan tetapi ilmu yang saya dapatkan jauh lebih banyak. Semoga bisnis yang kedelapan saya akan berkembang pesat melejit setelah melalui proses yang luar biasa. Suatu kebanggaan telah menjalani 7 proses bisnis yang merupakan pengalaman yang berarti bagi saya.

Lanjutan bisnis ke-8
Setelah bangkrut 7 kali saya mencoba peruntungan ke Makassar. Saya mendirikan restoran seafood yang bernama "Militer". Saya berharap dengan adanya keunikan pelayanan ala militer, restoran yang saya kelola menjadi ramai. Berkat bantuan modal dari investor Makassar saya berhasil mendirikan bisnis Restoran Seafood Militer. Pengalaman saya dibidang restoran ternyata masih minim, dana terus membengkak. Akhirnya dalam waktu 3 bulan bisnis saya kembali tutup. Alhamdulillah dapat pengalaman yang cukup berharga diperantauan. Karakter kerasnya persaingan juga menjadi pelajaran tersendiri.

Apakah saya menyesal????
Tentu tidak, masih ada bisnis yang ke-9. Tidak ada batas untuk kembali bangkit dan tidak ada alasan untuk menyerah. Apakah ke-8 bisnis itu suatu kerugian? menurut saya itu adalah suatu berkah karena saya mendapatkan pengalaman yang belum tentu orang lain lakukan. Allhamdulillah bisnis yang ke-9 saya berkembang dengan cukup pesat dan sudah 2 tahun berdiri. Bisnis yang ke-9 sudah saya ceritakan di posting sebelumnya. Semoga tulisan ini membawa manfaat bagi kita semua. Semangat pantang menyerah di usia 22 tahun ini saya gelorakan untuk sebuah langkah pasti membangun negeri.

Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari http://www.bankmandiri.co.id dalam rangka memperingati HUT Bank Mandiri ke-14. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan.

FIGHT!

Inovasi untuk Indonesia Mandiri

Diposting oleh arifpemenang , Minggu, 11 November 2012 20.19


Banyak sekali masyarakat yang bingung bagaimana cara membuka sebuah usaha. Cara memulai bisnis memang sangat rentan dengan sebuah kenekatan dari seseorang. Pertimbangan yang paling dikhawatirkan oleh calon wirausaha adalah modal finansial. Paradigma yang berkembang di kalangan masyarakat luas adalah untuk membuka usaha diperlukan modal uang yang besar. Selain itu pelaku bisnis harus memahami ilmu manajemen, pemasaran, dan perencanaan bisnis. Ketakutan akan bangkrut kerap kali menghantui calon wirausaha. Yang ada didalam pikiran mereka adalah “jangan – jangan, kalau – kalau, jika – jika”. Padahal itu belum terjadi. Padahal kalau kita lebih jeli, tanpa modal pun seseorang bisa membuka bisnis. Sesuatu hal yang paling mahal dalam bisnis adalah kepercayaan.

Baiklah, dari pada hanya dibilang sebagai teori saja, lebih baik saya menceritakan pengalaman saya pribadi tentang dunia wirausaha. Saya memulai sebuah usaha dengan mengandalkan sebuah kreatifitas saja. Kreatifitas itu bukan hanya memunculkan ide – ide yang unik saja, tetapi berpikir cerdas untuk menggabungkan beberapa konsep untuk menjadi sebuah ide. Modal awal Rp 40.000 yang ada di dompet saya jadikan modal awal untuk memulai bisnis Event Organizer. Uang itu saya belikan untuk kartu nama dan kuitansi sebagai tiket sementara. Saya ingin membuat sebuah seminar tentang wirausaha. Di dalam membuat sebuah seminar, agar bisa segera bisa promosi dan menjual tiket adalah dengan adanya kepastian pembicara dan gedung seminar.

Dari mana saya dapat uang untuk membayar pembicara dan gedung seminar? Tenang, kita punya mulut untuk berbicara, telinga untuk mendengarkan dan pastinya otak yang gunanya untuk berpikir. Yang saya pikirkan adalah bagaimana caranya agar saya bisa nego kepada pembicara dan gedung seminar agar bisa dibayar mundur. Saya coba telpon yang saya anggap cukup kenal dan saya nego kalau fee pembicara dibayar setelah acara. Alhamdulillah ya sesuatu, ternyata deal. Beliau mau sebagai pembicara dengan dibayar mundur. Tugas terakhir adalah hunting gedung. Saya liat beberapa lokasi dan saya lihat ada peluang. Ada sebuah gedung yang cukup bagus, tetapi berada di dalam mall yang sepi. Saya jual visi kepada pengelola gedung itu “pak, keliatannya gedung ini cukup menarik digunakan sebagai tempat seminar. Seminar ini dihadiri ratusan orang. Bisa dibuat trafik untuk mall ini juga lo pak. Tapi saya harus dapat special price”. Pengelola gedung cukup terkesima dengan visi yang saya tawarkan. Selain dapat harga murah juga dapat dibayar mundur alias setelah acara.

Dua hal yang paling krusial dalam mengadakan sebuah seminar sudah terselesaikan. Saatnya promosi dan menjual tiket. Pake duit? sementara enggak dulu deh. Promosinya via yang gratis – gratis aja. Senjata utama adalah facebook. Kalau gabung grup facebook, jangan yang komunitas yang galau saja tetapi forum untuk pebisnis. Saya coba kemas kalimat yang menarik, dijuallah tiket seminar itu. Ternyata yang minat banyak. Saat itu masih pake telpon sendiri. Jadi bawaannya ngangkat telpon melulu. SMS juga banyak banget.
Senjata kedua adalah twitter. Caranya adalah follow tokoh masyarakat yang followernya banyak. Setelah itu kemas kalimat singkat dan menarik, twit dan mention kepada tokoh masyarakat yang difollow tadi. Memang gak semua tokoh mau retwit, tetapi pasti ada yang mau sukarela me-retwit mention saya. Lumayankan, kalau ada 5 tokoh yang followernya masing – masing 100ribu berarti sudah ada 500ribu orang yang terinformasi seminar saya.

Senjata ketiga adalah milis. Saya ikut berbagai milis komunitas wirausaha. Kebetulan member yang ada di milis adalah segmen seminar yang saya adakan.  Saya menulis kalimat promosi yang menarik dan saya postingkan ke dalam milis. Member di milis itu tidak hanya dari Surabaya saja, tetapi dari seluruh Indonesia. Ternyata banyak juga yang tertarik untuk ikut acara itu.

Untuk lebih praktis, pembayaran bisa dilakukan via transfer. Tiket saya jual Rp 100.000. Dari ketiga senjata itu saya bisa hasilkan kurang lebih 50-an peserta. Lumayankan dapat 5 jutaan. Sebagian uang itu saya gunakan untuk masang iklan di koran jawa pos (paling terkenal di Surabaya). Hasilnya, dapet deh tambahan peserta seminar. Sebagian lagi saya gunakan untuk sewa sound system, lcd, screen dan pembelian peralatan seminar yang dibutuhkan . Saya tidak berikan konsumsi saat seminar. Selain menghabiskan biaya, ribet juga. Soalnya tiketnya cuma Rp 100.000.

Tibalah hari-H seminar. Peserta yang sudah bayar di database sekitar 125 orang. Saya sudah punya kekuatan untuk bayar panitia seminar. Saya juga sudah punya kekuatan untuk bayar fee pembicara dan gedung. Ada juga peserta yang bayar hari-H. Saya kasih tarif lebih mahal agar leibh fair. Total peserta seminar menjadi sekitar 150an orang. Untungnya juga lumayan untuk hasil jerih payah selama satu bulan. Itu masih awal kan? Pola itu saya gunakan selama satu tahun dan hasilnya lumayan.

Menginjak ulang tahun pertama EO yang saya dirikan sudah berhasil mengundang pembicara kelas internasional dengan ribuan peserta dan pameran dengan ratusan stand di gedung yang paling elegan di Surabaya. Saat ini kami sudah memberdayakan 20 karyawan dan mempunyai klien di perusahaan – perusahaan besar dengan nilai yang besar juga. Semua itu berawal dari sebuah langkah yang sangat kecil kemudian menjadi langkah yang besar. Visi kami adalah mencerdaskan bangsa dengan membuat seminar – seminar berkualitas dan bagaimana perusahaan kami bisa mengentas kemiskinan dengan membuka lapangan pekerjaan sebesar – besarnya. Nothing is imposible.

Seandainya ada 100 pemuda yang menjadi wirausaha berapa banyak tenaga kerja yang diberdayakan. Wirausaha bukan hanya masalah penghasilan besar, tetapi wirausaha adalah pengabdian bagi bangsa. Salah satu saya mendirikan EO Seminar adalah tagline kami “because we care”. Kami sangat peduli terhadap dunia Entrepreneur di Indonesia. Kami berusaha mengubah kualitas hidup masyarakat dengan mdngadakan seminar – seminar berkualitas. Seandainya saya mampu, maka saya akan mengajak satu juta pemuda untuk berwirausaha untuk menuju ekonomi Indonesia yang makmur. Tidak ada sesuatu yang langsung besar, semua berasal dari yang kecil. Sikap pantang menyerah dan tangguh dari seorang wirausaha akan menjadi benteng Ekonomi negeri Indonesia. Take Action Make it Happen!

Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari http://www.bankmandiri.co.id dalam rangka memperingati HUT Bank Mandiri ke-14. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan.