Story from Nederland part 2
Diposting oleh arifpemenang , Kamis, 23 Mei 2013 22.38
Di kota Otterlo saya menginap di hotel Grand Kruller, salah
satu hotel terkenal di kota ini. Tempatnya sederhana tetapi sangat menarik.
Anda perlu mengeluarkan sekitar 60 euro per malam untuk menginap di sini. Tidak
banyak fasilitas di hotel ini emang, mulai dari sikat gigi, shampo, cutton but,
dan lainnya standarnya disediakan. Tetapi saya hanya menemui sabun mandi saja.
Kami sangat beruntung karena chris memilihkan hotel terbaik menurut dia, dan
saya pun juga berpendapat demikian. Di
Belanda, AC tidak laku karena cuaca sangat dingin sehingga mereka lebih
menggunakan penghangat ruangan. Grand Kruller juga merupakan salah satu hotel
tertua di kawasan wisata Hellen Kruller. Otterlo adalah wisata alam terbaik di
Belanda. Mungkin kalau di Jawa Timur seperti Malang yang ramai dikunjungi
setiap weekend.
Grand Kruller tampak seperti hotel yang sederhana. Akan
tetapi kecanggihan teknologinya buat aku tercengang. Lampu akan menyala sendiri
dengan detektor panas tubuh orang. Pada saat meninggalkan lokasi atau ruangan,
maka lampu akan mati dengan sendirinya. Teknologi yang bisa menghemat listrik.
Selain sebagai hotel, grand kruller juga menyediakan berbagai makanan untuk
wisatawan. Lebih tepatnya juga bisa sebagai restoran. Menurut saya makanan di
sini sangat mahal. Bagaimana tidak, perlu mengeluarkan 20 Euro (250rb rupiah)
untuk makan yang sederhana, dengan makan utama kentang goreng/ roti dan lauknya
ikan putih. Kalau di Indonesia sudah bisa makan di restoran mewah.
Chris dan keluarga mengajak kami wisata bareng ke museum
Hellen Kruller. Tiket masuk kawasan wisata itu seharga 17 Euro. Di tiket itu
ada tulisan “gratis tiket”. Awalnya saya mengira bahwa tiket ini gratis.
Setelah saya tanya ke Chris, maksud dari tulisan itu adalah tiket sudah dibeli
secara online. Masuklah kami ketempat wisata. Membuka gerbang hanya dengan
memasukkan tiket yang berupa lembaran kertas. Gerbang itu secara otomatis
terbuka. Di Belanda, tidak ada tukang parkir di tempat parkir. Semua memakai
mesin otomatis pembuka. Saya melihat chris mengeluarkan 8 euro untuk parkir
bandara. Pembayaran semacam menggunakan ATM atau Credit Card.
Begitu keluar dari mobil, udara sangat dingin. Saya, mbak
Rizki, Chris, Mrs. Chris dan Irish berjalan menuju museum. Pintunya juga serba
otomatis. Bekalnya adalah tiket yang dibawa itu sebagai pembuka pintunya. Kami diberikan sebuah remote penerjemah sebagai
gantinya pemandu wisata. Di setiap lukisan ada sebuah sensor, apabila remote
itu didekatkan maka akan ada deteksi sejarah lukisan. Remote itu mengeluarkan
suara dalam bahasa inggris untuk menceritakan sejarah lukisan. Memasuki museum
kami disajikan aneka bebatuan yang unik. Agak masuk ke dalam banyak lukisan –
lukisan yang megah (menurut yang ngerti. Hehehe). Kalau saya mah gak ngarti
tentang karya lukis. Dulu saya hanya mendengarkan sejarah tentang seorang
pelukis terkenal. Sekarang alhamdulillah saya bisa melihat hasil karya pelukis
itu secara langsung. Hasil karya pelukis paling terkenal seantero jagad juga
merupakan koleksi Hellen Kruller. Siapa yang gak kenal Vincent Van Gogh dan
Pablo Picasso. Satu karya Van Gogh yang paling murah seharga 15 juta euro atau
setara 180 Miliar. Woowww Amazing bukan. Di museum Hellen Kruller atau ratusan
lukisan era tahun 1800an. Ada juga salah satu pelukis terkenal yang lahir di
Purwokerto Indonesia pada masa penjajahan. Namanya Joon Toorop. Bingung antara
bangga tau gak ya. Hehehe
Vincent Van Gogh, cerita yang sangat menarik tentang
biografinya. Dia adalah seorang pelukis terkenal. Tapi siapa yang menyangka,
dia adalah orang yang sangat miskin. Untuk menyelesaikan lukisan memerlukan
waktu yang lama karena tidak punya bahan untuk melukis. Jadi dia selalu
mencicil lukisannya. Pernah dia menyukai seorang wanita pelacur. Bahkan dia
rela mengiris telinganya untuk diberikan kepada orang yang dicintainya.
Ternyata cara yang dilakukannya itu membuat sang wanita ketakutan. Van Gogh
meninggal dalam keadaan miskin dan menyedihkan. Ciri khas lukisan Van Gogh adalah
berupa titik titik. Lukisannya laku dengan harga mahal setelah beberapa tahun
sang pelukis meninggal. Nasibnya sangat berbeda dengan Pablo Picasso. Sama –
sama pelukis, tapi Pablo Picasso adalah pelukis yang sangat kaya di masa
hidupnya. Apa yang membedakan? Kalau menurut saya adalah seni marketingnya. Van
Gogh punya kemampuan melukis tetapi tidak bisa menjual, sedangkan Pablo Picasso
adalah seorang pelukis yang mempunyai kemampuan marketing yang bagus.
Selesai menikmati hasil karya lukis di museum, saatnya
menikmati area alamnya. Kami melihat banyak pemandangan menarik di sana. Semua
diabadikan dalam kamera. Banyak nama – nama bunga yang diberitahu sama Chris. Tetap
saja susah cara ejanya. Setelah puas berfoto – foto dilanjutkan dengan
bersepeda di kawasan itu. Oh ya, museum Hellen Kruller itu berada di tengah
hutan. Di kamar saya, ada foto kawasan ini saat musim salju. So Beautifull. Dilanjutkan acara untuk bersepeda di jalur
khusus. Disediakan sepeda gratis untuk mengelilingi seluruh kawasan itu. Tiba –
tiba turun hujan es. Kami mampir di tempat pondokan yang biasanya digunakan
untuk melihat binatang buas oleh wisatawan. Hujan membuat kami kedinginan, suhu
menginjak sekitar 5 derajat celcius. Chris kemudian mengajak kami kembali ke
hotel. Sebelum ke hotel kami mampir dulu di Cafe (lupa karena namanya susah)
untuk meminum coklat panas dan pie apel. Kami berbincang layaknya keluarga.
Chris ingin menunjukan toko baju muslim di kota Arnhem. Kami
tidak jadi kembali ke hotel. Mobil Chris parkir di tempat khusus di sekitar
sungai. Kami berjalan cukup jauh untuk sampai di pusat perbelanjaan kota
Arnhem. Walaupun usia Chris dan istrinya sudah tua, tetapi seperti gak kenal
capek. Kami yang masih muda aja kalah. Setelah berjalan sekitar 10 menit
sampailah kami di pusat perbelanjaan kota Arnhem. Susunan bangunannya sangat
bagus seperti luar negeri #eh emang diluar negeri. Hehehehe
Hanya sepeda, kendaraan yang bisa melintasi kawasan ini.
Tapi kebanyakan adalah yang berjalan kaki. Kami mampir dari satu toko ke toko
yang lain. Kalau di Surabaya, setiap memasuki mall akan terasa lebih dingin.
Kalau di Arnhem, setiap memasuki mall akan terasa lebih hangat. Kami melihat
harga – harga barang di sini. Sangat mahal untuk ukuran orang Indonesia yang
UMKnya 2 jutaan.
Sekitar 2 jam kami berkeliling, lapar sudah mulai melilit.
Chris memberikan hadiah istimewa bagi kami. Chris mengajak kami ke restoran
Indonesia. Restoran dengan desain interior jawa. Kami disambut dengan hangat
begitu mengetahui saya dan mbak Rizki adalah orang Indonesia. Cukup senang kami
bisa berbahasa Indonesia di Arnhem. Kami memilih makanan nasi goreng dan es
cendol. Begitu disajikan saya tanya ke pelayannya, “yang mana mengandung babi?”.
Dia menjawab bahwa semua makanan mengandung bagi #matiiihhh. Akhirnya saya
minta untuk ditukar. Sang pemilik meyakinkan bahwa orang yang memasak juga
tidak makan babi. Jadi kami memakan makanan yang halal.
Selesai makan, akhirnya kami pulang ke hotel. Saya meminta
ke Chris untuk pulang sendiri. Akhirnya kami naik bus untuk menuju kota
Otterlo. Bus di Belanda gak ada yang jelek. Seperti ada standar khusus sebagai
kendaraan umum. Saya juga melihat Bus bertenaga listrik yang di atas ada
talinya. Sayang banget untuk menuju Otterlo gak ada Bus Listrik. Kami datang ke
tempat pemberhentian bus seperti sebuah lorong. Masuklah kami ke Bus. Sebelum
duduk, penumpang diharuskan untuk membayar dulu. Ada juga yang menggunakan
kartu langganan dengan sensor infra red. Seperti busway, penumpang tidak bisa
turun seenaknya. Sudah disediakan halte untuk pemberhentian bus. Saya juga
tidak melihat mobil menyalip di jalan dua jalur. Kalau di jalan satu jalur atau
satu arah baru mereka menyalip. Untuk berhenti, ada fasilitas bel dan layar
lokasi halte terdekat ada di screen. Jadi sebelum turun penumpang bisa melihat
halte mana di depan dan penumpang memencet bel sebelum bus sampai di halte.
Selain itu, bisa juga internetan di dalam bus lo, karena ada wifinya. Sampailah
kami di hotel. Sampai jumpa di cerita selanjutnya ya....
Posting Komentar