Story from Nederland part 3

Diposting oleh arifpemenang , Senin, 27 Mei 2013 12.13

Dinner with Chris Willemsen Family.


Mobil sudah sampai di hotel dan kami melihat Irish dan pacarnya menunggu kami. Orang Belanda itu ontime lo. Sekali gak tepat waktu, dikritik habis oleh mereka. Jadi malu deh sering gak ontime.  Sekitar setengah jam perjalanan kami sampai di rumahnya Chris. Ini menjadi spesial Dinner karena ini adalah masakan asli Belanda yang dimasak sendiri oleh istrinya. 

Makanan dibuka dengan makanan kecil. Chris menuangkan orange juice pada gelasku dan menuangkan wine ke istrinya, irish dan roy pacar irish. Sebelum minum, kami tos dulu dengan mengucapkan “LEKA”. Dilanjutkan dengan makan besar yang terdiri dari kentang, ikan tuna dan asparagus. Bagi mereka asparagus adalah makanan istimewa karena hanya bisa dibeli di musim tertentu. Tapi di Indonesia, itu sayuran yang lebih – lebih. 

Banyak perbincangan yang menarik after Dinner. Chris menceritakan tentang bagaimana kehidupannya dulu. Kenapa setiap makan tidak pernah sisa makanan sedikitpun. Meskipun rasanya gak enak baginya. Dia mengatakan, kalau kamu mengambil makanan kamu harus menghabiskan. Caranya, jangan banyak ambil makanan sedikit dulu, kalau kurang ambil lagi. Dia mempunyai 10 saudara. Dulu, saat makan dia selalu rebutan dengan saudaranya. 

Chris juga menceritakan bagaimana dia memindahkan produksi bisnis garmennya dari Kroasia ke Afrika Selatan. Di sana gaji pegawai hanya 300ribu rupiah. Chris membeli rumah besar yang ada kebun dan kolam renang di sana hanya dengan mengeluarkan 20.000 euro. Murah bukan? Coba bandingkan dengan Surabaya, harga disitu dapat rumah sangat kecil. Namun, ketika Chris sakit semua bisnisnya goyah. Mulai kepala produksinya kena stroke sampai bencana alam melanda kota tempat bisnisnya. Akhirnya bisnisnya dipindahkan ke China yang gaji tenaga kerjanya 650ribu rupiah. Masih sangat murah dibandingkan dengan Indonesia.

Tak mau kalah, Roy juga menceritakan kehidupan pribadinya. Ternyata ayahnya adalah orang Indonesia. Kakeknya berasal dari Maluku. Kakeknya adalah salah satu dari 12.500 orang dari Maluku yang dipindahkan ke Belanda. Sedangkan neneknya berasal dari kota Surabaya. Kakeknya keluar dari komunitas orang Maluku dan hidup sendiri di tengah – tengah orang Belanda. Kemudian lahirlah ayahnya Roy. Ayahnya Roy menikah dengan orang asli Belanda sehingga lahirlah dia. Roy tidak pernah berkumpul dengan orang Maluku. Menurutnya, hal itu tidak membuatnya berkembang.

Lalu lintas juga menjadi perbincangan menarik. Di Indonesia anda bisa ngebel sepuasnya, tapi jangan harap anda bisa melakukannya saat berkendara di Belanda. Ngebel sembarangan, anda bisa didenda 200 euro (2,5 juta rupiah). Anda tidak mengindahkan perintah polisi anda bisa didenda 1500 euro. Di Belanda gak ada tilang. Jumlah denda akan dikirimkan ke rumah si pelanggar melalui pos. Di setiap sudut jalan ada kamera. Polisi tidak perlu berjaga setiap hari. Kecepatan anda melebihi peraturan lalu lintas juga akan kena denda yang akan datang 2 minggu setelah anda melakukan kesalahan. So, meskipun gak ada polisi jangan sekali – sekali melanggar peraturan lalu lintas di Belanda ataupun negara eropa yang lain.

Chris menyajikan kami aneka keju. Dengan pedenya aku makan keju yang keliatan enak itu. Begitu saya makan, rasanya sangat aneh. Seperti bau kambing atau bau sapi melekat di tenggorokanku. Sangat tidak enak. Semua pada menertawakanku. Setelah selesai kami pulang ke hotel diantar Irish dan Roy. Roy banyak bercerita tentang hidupnya yang merupakan keturunan Indonesia. Next Destination for tommorrow adalah ke Openlucth museum. See you...

0 Response to "Story from Nederland part 3"

Posting Komentar