Story from Nederland part 4

Diposting oleh arifpemenang , Senin, 27 Mei 2013 17.50

Openlutch Museum Trip

Chris tidak henti – hentinya memanjakan kami dengan mengajak ke tempat wisata yang luar biasa. Hari minggu destinasinya ada di Openlutch Museum, Arnhem City. Apakah anda sudah pernah ke Taman Mini Indonesia Indah yang ada di Jakarta? Ya, kira – kira mirip itulah. Di sini anda akan menemukan sejarah Belanda. Anda akan menemui berbagai bangunan tradisional masa lampau. Sekolah – sekolah Belanda tidak mengajarkan sejarah bagaimana mereka menjajah Indonesia. Hanya ada sejarah mereka dijajah oleh negara Jerman. Itu sesuatu yang kelam bagi mereka. Bedanya dengan TMII tempat ini berada di tengah hutan dan dingiiinnnn. hehehe


Sebelum memasuki museum, kami melihat alat musik tradisional. Bentuknya unik memang. Lagu – lagu tidak diputar di kaset, tetapi seperti sebuah buku kemudian dimasukkan ke dalam alat musik. Sang pemutar perlu memutar pedal pada alat musik tersebut. Ternyata untuk memutarpun perlu dengan seni. Tidak sembarangan aja memutar, harus tahu lagunya juga. Saya coba memutar alat itu, hasil suaranya gak karuan. Tak lupa narsis di depan alat musik deh.




Tak lama kami langsung masuk ke museum. Chris menawarkan apakah pertama naik kereta dulu? Kami jawab it’s oke. Ada kereta kecil yang merupakan kereta listrik pertama kali yang ada di Belanda. Ternyata kereta listrik itu udah lama ada di sini lo. Naiklah kami ke kereta itu dan bentuknya klasik banget. Kereta dilengkapi dengan penghangat ruangan yang membuat kami semakin nyaman saja. Ada rel yang mengelilingi berbagai rumah tradisional di Belanda.  Kami tidak berhenti dulu untuk melihat – lihat rumah itu. Kami berhenti dulu di stasiun lobby museum untuk melihat gambar 3D sejarah kehidupan tradisional Belanda. Saya belum pernah ke 4D yang ada di Indonesia seperti apa (ndeso. Hehe). Jadi di sini ada beberapa gambar 3D yang dikombinasikan dengan LCD proyektor. Kami memasuki sebuah ruangan seperti bioskop. Ruangan itu bergerak kesamping, atas dan bawah secara memutar untuk melihat gambar 3D yang didesain sangat menarik. Kami melihat berbagai keindahan gambar di sana. Kami jadi tahu bagaimana kehidupan orang Belanda di masa lampau. 20 menit telah berlalu dan acara tersebut sudah selesai.






Chris mengajak kami untuk melihat rumah – rumah tradisional. Layaknya rumah adat yang ada di TMII. Bedanya, di setiap rumah ada orang yang mendemontrasikan tertentu. Misalnya, ada rumah yang berfungsi sebagai pembuat alat dari besi. Ada orang yang mendemontrasikan gimana membuat besi dengan alat – alat manual dan bara api. Mereka  mendemontrasikan dengan bahasa Inggris atau Belanda. Beragam alat dan tempat tinggal tradisional di Openlutch Museum. 

Tempat yang paling menarik adalah rumah yang merupakan camp orang Indonesia dan  menceritakan tentang sejarah datangnya 12.500 orang Maluku (Indonesia) ke Belanda. Mereka didatangkan ke Belanda oleh KNIL. Orang – orang Maluku tersebut dibuatkan rumah yang layak huni oleh pemerintah. Mereka disebar di masing – masing town 25 orang dan satu rumah. Anda bisa menemukan sample bumbu rempah Indonesia di rumah ini.


Setelah capek berjalan dari satu rumah ke rumah yang lain, akhirnya kami kembali ke lobby dengan naik kereta lagi. Bunga tulip berbagai warna kami lihat dalam perjalanan menuju lobby. Kami sempatkan untuk berfoto - foto di kebun bunga itu. Mumpung lagi mekar. Saya sangat beruntung pada saat di sini kami melihat bunga tulip yang begitu cantik. Belanda mampu merubah sesuatu yang sebenarnya biasa menjadi sesuatu menarik. Pengelolaan tempat wisata yang menurutku perlu dilakukan oleh Indonesia. Betapa kayanya Indonesia akan keanekaragaman suku. Betapa banyaknya wisata alam Indonesia yang sangat indah. Di Belanda semuanya rapi. Bahkan pohon yang ada di hutan pun kelihatan ditata dengan rapi. Potensial Indonesia menjadi negara nomer wahid di bidang pariwisata itu sangat tinggi. Saya berharap pemerintah membaca tulisan ini supaya ada pembenahan yang nyata. Apabila tempat wisata banyak dikunjungi wisatawan, maka akan menambah pendapatan negara.

Story from Nederland part 3

Diposting oleh arifpemenang , 12.13

Dinner with Chris Willemsen Family.


Mobil sudah sampai di hotel dan kami melihat Irish dan pacarnya menunggu kami. Orang Belanda itu ontime lo. Sekali gak tepat waktu, dikritik habis oleh mereka. Jadi malu deh sering gak ontime.  Sekitar setengah jam perjalanan kami sampai di rumahnya Chris. Ini menjadi spesial Dinner karena ini adalah masakan asli Belanda yang dimasak sendiri oleh istrinya. 

Makanan dibuka dengan makanan kecil. Chris menuangkan orange juice pada gelasku dan menuangkan wine ke istrinya, irish dan roy pacar irish. Sebelum minum, kami tos dulu dengan mengucapkan “LEKA”. Dilanjutkan dengan makan besar yang terdiri dari kentang, ikan tuna dan asparagus. Bagi mereka asparagus adalah makanan istimewa karena hanya bisa dibeli di musim tertentu. Tapi di Indonesia, itu sayuran yang lebih – lebih. 

Banyak perbincangan yang menarik after Dinner. Chris menceritakan tentang bagaimana kehidupannya dulu. Kenapa setiap makan tidak pernah sisa makanan sedikitpun. Meskipun rasanya gak enak baginya. Dia mengatakan, kalau kamu mengambil makanan kamu harus menghabiskan. Caranya, jangan banyak ambil makanan sedikit dulu, kalau kurang ambil lagi. Dia mempunyai 10 saudara. Dulu, saat makan dia selalu rebutan dengan saudaranya. 

Chris juga menceritakan bagaimana dia memindahkan produksi bisnis garmennya dari Kroasia ke Afrika Selatan. Di sana gaji pegawai hanya 300ribu rupiah. Chris membeli rumah besar yang ada kebun dan kolam renang di sana hanya dengan mengeluarkan 20.000 euro. Murah bukan? Coba bandingkan dengan Surabaya, harga disitu dapat rumah sangat kecil. Namun, ketika Chris sakit semua bisnisnya goyah. Mulai kepala produksinya kena stroke sampai bencana alam melanda kota tempat bisnisnya. Akhirnya bisnisnya dipindahkan ke China yang gaji tenaga kerjanya 650ribu rupiah. Masih sangat murah dibandingkan dengan Indonesia.

Tak mau kalah, Roy juga menceritakan kehidupan pribadinya. Ternyata ayahnya adalah orang Indonesia. Kakeknya berasal dari Maluku. Kakeknya adalah salah satu dari 12.500 orang dari Maluku yang dipindahkan ke Belanda. Sedangkan neneknya berasal dari kota Surabaya. Kakeknya keluar dari komunitas orang Maluku dan hidup sendiri di tengah – tengah orang Belanda. Kemudian lahirlah ayahnya Roy. Ayahnya Roy menikah dengan orang asli Belanda sehingga lahirlah dia. Roy tidak pernah berkumpul dengan orang Maluku. Menurutnya, hal itu tidak membuatnya berkembang.

Lalu lintas juga menjadi perbincangan menarik. Di Indonesia anda bisa ngebel sepuasnya, tapi jangan harap anda bisa melakukannya saat berkendara di Belanda. Ngebel sembarangan, anda bisa didenda 200 euro (2,5 juta rupiah). Anda tidak mengindahkan perintah polisi anda bisa didenda 1500 euro. Di Belanda gak ada tilang. Jumlah denda akan dikirimkan ke rumah si pelanggar melalui pos. Di setiap sudut jalan ada kamera. Polisi tidak perlu berjaga setiap hari. Kecepatan anda melebihi peraturan lalu lintas juga akan kena denda yang akan datang 2 minggu setelah anda melakukan kesalahan. So, meskipun gak ada polisi jangan sekali – sekali melanggar peraturan lalu lintas di Belanda ataupun negara eropa yang lain.

Chris menyajikan kami aneka keju. Dengan pedenya aku makan keju yang keliatan enak itu. Begitu saya makan, rasanya sangat aneh. Seperti bau kambing atau bau sapi melekat di tenggorokanku. Sangat tidak enak. Semua pada menertawakanku. Setelah selesai kami pulang ke hotel diantar Irish dan Roy. Roy banyak bercerita tentang hidupnya yang merupakan keturunan Indonesia. Next Destination for tommorrow adalah ke Openlucth museum. See you...

Story from Germany

Diposting oleh arifpemenang , 12.12

Kami punya kenalan orang keturunan Indonesia yang tinggal di Belanda. Perkenalan itu karena temannya teman saya (bingung) menitipkan oleh – oleh ke tantenya. Namanya adalah tante Ineke. Tante Ineke selalu mengajak temannya tante Elisabeth untuk ketemu kami. Ayah tante Ineke adalah angkatan laut Belanda yang berasal dari Indonesia. Sedangkan ibunya berasal dari Belanda. Pada tahun 1966 tante Ineke  datang ke Belanda bersama keluarganya. Dia tinggal di negeri Belanda sebagai pegawai pemerintah. Untuk tante Elisabeth, masih belum sempat dibahas untuk hari ini.





Mereka mengajak kami jalan – jalan ke kota jerman untuk membeli coklat. Akhirnya tante Ineke mengajak kami ke kota Kleve. Di sana ada sebuah minimarket yang menjual aneka coklat made in germany dan swiss. Harganya lebih murah dari Belanda. Di jerman pajaknya jauh lebih murah dari Belanda. Jadi harga barang – barang kebutuhan di Belanda dua kali dari harga di Jerman. Jadi cukup banyak warga Belanda yang datang ke Kleve sekedar untuk belanja kebutuhan hidup. Jaraknya hanya 1 jam dari Otterlo tempat kami menginap.
Di Kleve kami mampir di sebuah tempat wisata yang berupa kebun bunga. Tapi sayang banget, bulan ini bukan musim bunga untuk tumbuh. Jadi hanya sedikit yang bisa kami nikmati. Sebagai ciri khas negara Eropa, dimana – mana banyak dengan museum di tempat wisatanya. Setelah capek berfoto – foto akhirnya kami mampir di sebuah restoran. Kalau di Belanda bingung dengan buku menunya karena gak paham, di sini lebih gak ngerti lagi. Untungnya tante Elisabeth menjelaskan makanan apa yang ada di menu. Soalnya berbeda dengan restoran di Indonesia yang tampil penuh dengan gambar. Akhirnya kami  memilih untuk memakan cake.  Cake di Jerman gak begitu manis dan cocok dengan lidah saya. Tekstur makanannya sangat lembut seperti es krim.


Selepas kenyang makan cake, kami ingin mengunjungi kota yang lain. Destinasi selanjutnya adalah Oberhausen, 1 jam dari kota Dortmun. Mobil berhenti di parkiran Oberhausen Centrum, mall yang ada di jerman. Memasuki mall suhu terasa lebih hangat daripada di luar. Saya mampir disebuah ritel pakaian seperti Matahari. Ada sebuah jaket berukuran S yang menurut saya bagus. Saya pikir kecil, ternyata size orang Eropa sama Indonesia berbeda. Badan sebesar ini cukup memakai ukuran S. Saya belilah jaket itu memakai kartu kredit. Hehehehe

Tante Ineke mengajak kami untuk menikmati makanan di Jerman. Food court di mall Oberhausen Centrum dipenuhi sesak orang. Saya banyak menemukan orang jilbab di sini. Tante Ineke memilihkan makanan yang berlabel halal. Di Eropa untuk menikmati makanan halal, bisa di restoran Turki. Piliihan jatuh di Mr. Chicken dan kami membeli downer ayam. Semacam makanan kebab dan isinya adalah ayam. Porsi makanan di Eropa itu besar lo. Saya dan mbak Rizki yang tinggal Indonesia tidak kuat untuk menghabiskan makanan itu. Mengingat nanti jam 18.00 ada janjian makan malam dengan Chris, maka kami segera kembali ke Hotel.

Story from Nederland part 2

Diposting oleh arifpemenang , Kamis, 23 Mei 2013 22.38



Di kota Otterlo saya menginap di hotel Grand Kruller, salah satu hotel terkenal di kota ini. Tempatnya sederhana tetapi sangat menarik. Anda perlu mengeluarkan sekitar 60 euro per malam untuk menginap di sini. Tidak banyak fasilitas di hotel ini emang, mulai dari sikat gigi, shampo, cutton but, dan lainnya standarnya disediakan. Tetapi saya hanya menemui sabun mandi saja. Kami sangat beruntung karena chris memilihkan hotel terbaik menurut dia, dan saya pun juga berpendapat demikian.  Di Belanda, AC tidak laku karena cuaca sangat dingin sehingga mereka lebih menggunakan penghangat ruangan. Grand Kruller juga merupakan salah satu hotel tertua di kawasan wisata Hellen Kruller. Otterlo adalah wisata alam terbaik di Belanda. Mungkin kalau di Jawa Timur seperti Malang yang ramai dikunjungi setiap weekend.



Grand Kruller tampak seperti hotel yang sederhana. Akan tetapi kecanggihan teknologinya buat aku tercengang. Lampu akan menyala sendiri dengan detektor panas tubuh orang. Pada saat meninggalkan lokasi atau ruangan, maka lampu akan mati dengan sendirinya. Teknologi yang bisa menghemat listrik. Selain sebagai hotel, grand kruller juga menyediakan berbagai makanan untuk wisatawan. Lebih tepatnya juga bisa sebagai restoran. Menurut saya makanan di sini sangat mahal. Bagaimana tidak, perlu mengeluarkan 20 Euro (250rb rupiah) untuk makan yang sederhana, dengan makan utama kentang goreng/ roti dan lauknya ikan putih. Kalau di Indonesia sudah bisa makan di restoran mewah.

Chris dan keluarga mengajak kami wisata bareng ke museum Hellen Kruller. Tiket masuk kawasan wisata itu seharga 17 Euro. Di tiket itu ada tulisan “gratis tiket”. Awalnya saya mengira bahwa tiket ini gratis. Setelah saya tanya ke Chris, maksud dari tulisan itu adalah tiket sudah dibeli secara online. Masuklah kami ketempat wisata. Membuka gerbang hanya dengan memasukkan tiket yang berupa lembaran kertas. Gerbang itu secara otomatis terbuka. Di Belanda, tidak ada tukang parkir di tempat parkir. Semua memakai mesin otomatis pembuka. Saya melihat chris mengeluarkan 8 euro untuk parkir bandara. Pembayaran semacam menggunakan ATM atau Credit Card.




Begitu keluar dari mobil, udara sangat dingin. Saya, mbak Rizki, Chris, Mrs. Chris dan Irish berjalan menuju museum. Pintunya juga serba otomatis. Bekalnya adalah tiket yang dibawa itu sebagai pembuka pintunya.  Kami diberikan sebuah remote penerjemah sebagai gantinya pemandu wisata. Di setiap lukisan ada sebuah sensor, apabila remote itu didekatkan maka akan ada deteksi sejarah lukisan. Remote itu mengeluarkan suara dalam bahasa inggris untuk menceritakan sejarah lukisan. Memasuki museum kami disajikan aneka bebatuan yang unik. Agak masuk ke dalam banyak lukisan – lukisan yang megah (menurut yang ngerti. Hehehe). Kalau saya mah gak ngarti tentang karya lukis. Dulu saya hanya mendengarkan sejarah tentang seorang pelukis terkenal. Sekarang alhamdulillah saya bisa melihat hasil karya pelukis itu secara langsung. Hasil karya pelukis paling terkenal seantero jagad juga merupakan koleksi Hellen Kruller. Siapa yang gak kenal Vincent Van Gogh dan Pablo Picasso. Satu karya Van Gogh yang paling murah seharga 15 juta euro atau setara 180 Miliar. Woowww Amazing bukan. Di museum Hellen Kruller atau ratusan lukisan era tahun 1800an. Ada juga salah satu pelukis terkenal yang lahir di Purwokerto Indonesia pada masa penjajahan. Namanya Joon Toorop. Bingung antara bangga tau gak ya. Hehehe

Vincent Van Gogh, cerita yang sangat menarik tentang biografinya. Dia adalah seorang pelukis terkenal. Tapi siapa yang menyangka, dia adalah orang yang sangat miskin. Untuk menyelesaikan lukisan memerlukan waktu yang lama karena tidak punya bahan untuk melukis. Jadi dia selalu mencicil lukisannya. Pernah dia menyukai seorang wanita pelacur. Bahkan dia rela mengiris telinganya untuk diberikan kepada orang yang dicintainya. Ternyata cara yang dilakukannya itu membuat sang wanita ketakutan. Van Gogh meninggal dalam keadaan miskin dan menyedihkan. Ciri khas lukisan Van Gogh adalah berupa titik titik. Lukisannya laku dengan harga mahal setelah beberapa tahun sang pelukis meninggal. Nasibnya sangat berbeda dengan Pablo Picasso. Sama – sama pelukis, tapi Pablo Picasso adalah pelukis yang sangat kaya di masa hidupnya. Apa yang membedakan? Kalau menurut saya adalah seni marketingnya. Van Gogh punya kemampuan melukis tetapi tidak bisa menjual, sedangkan Pablo Picasso adalah seorang pelukis yang mempunyai kemampuan marketing yang bagus. 

Selesai menikmati hasil karya lukis di museum, saatnya menikmati area alamnya. Kami melihat banyak pemandangan menarik di sana. Semua diabadikan dalam kamera. Banyak nama – nama bunga yang diberitahu sama Chris. Tetap saja susah cara ejanya. Setelah puas berfoto – foto dilanjutkan dengan bersepeda di kawasan itu. Oh ya, museum Hellen Kruller itu berada di tengah hutan. Di kamar saya, ada foto kawasan ini saat musim salju. So Beautifull.  Dilanjutkan acara untuk bersepeda di jalur khusus. Disediakan sepeda gratis untuk mengelilingi seluruh kawasan itu. Tiba – tiba turun hujan es. Kami mampir di tempat pondokan yang biasanya digunakan untuk melihat binatang buas oleh wisatawan. Hujan membuat kami kedinginan, suhu menginjak sekitar 5 derajat celcius. Chris kemudian mengajak kami kembali ke hotel. Sebelum ke hotel kami mampir dulu di Cafe (lupa karena namanya susah) untuk meminum coklat panas dan pie apel. Kami berbincang layaknya keluarga.




Chris ingin menunjukan toko baju muslim di kota Arnhem. Kami tidak jadi kembali ke hotel. Mobil Chris parkir di tempat khusus di sekitar sungai. Kami berjalan cukup jauh untuk sampai di pusat perbelanjaan kota Arnhem. Walaupun usia Chris dan istrinya sudah tua, tetapi seperti gak kenal capek. Kami yang masih muda aja kalah. Setelah berjalan sekitar 10 menit sampailah kami di pusat perbelanjaan kota Arnhem. Susunan bangunannya sangat bagus seperti luar negeri #eh emang diluar negeri. Hehehehe

Hanya sepeda, kendaraan yang bisa melintasi kawasan ini. Tapi kebanyakan adalah yang berjalan kaki. Kami mampir dari satu toko ke toko yang lain. Kalau di Surabaya, setiap memasuki mall akan terasa lebih dingin. Kalau di Arnhem, setiap memasuki mall akan terasa lebih hangat. Kami melihat harga – harga barang di sini. Sangat mahal untuk ukuran orang Indonesia yang UMKnya 2 jutaan.


Sekitar 2 jam kami berkeliling, lapar sudah mulai melilit. Chris memberikan hadiah istimewa bagi kami. Chris mengajak kami ke restoran Indonesia. Restoran dengan desain interior jawa. Kami disambut dengan hangat begitu mengetahui saya dan mbak Rizki adalah orang Indonesia. Cukup senang kami bisa berbahasa Indonesia di Arnhem. Kami memilih makanan nasi goreng dan es cendol. Begitu disajikan saya tanya ke pelayannya, “yang mana mengandung babi?”. Dia menjawab bahwa semua makanan mengandung bagi #matiiihhh. Akhirnya saya minta untuk ditukar. Sang pemilik meyakinkan bahwa orang yang memasak juga tidak makan babi. Jadi kami memakan makanan yang halal. 

Selesai makan, akhirnya kami pulang ke hotel. Saya meminta ke Chris untuk pulang sendiri. Akhirnya kami naik bus untuk menuju kota Otterlo. Bus di Belanda gak ada yang jelek. Seperti ada standar khusus sebagai kendaraan umum. Saya juga melihat Bus bertenaga listrik yang di atas ada talinya. Sayang banget untuk menuju Otterlo gak ada Bus Listrik. Kami datang ke tempat pemberhentian bus seperti sebuah lorong. Masuklah kami ke Bus. Sebelum duduk, penumpang diharuskan untuk membayar dulu. Ada juga yang menggunakan kartu langganan dengan sensor infra red. Seperti busway, penumpang tidak bisa turun seenaknya. Sudah disediakan halte untuk pemberhentian bus. Saya juga tidak melihat mobil menyalip di jalan dua jalur. Kalau di jalan satu jalur atau satu arah baru mereka menyalip. Untuk berhenti, ada fasilitas bel dan layar lokasi halte terdekat ada di screen. Jadi sebelum turun penumpang bisa melihat halte mana di depan dan penumpang memencet bel sebelum bus sampai di halte. Selain itu, bisa juga internetan di dalam bus lo, karena ada wifinya. Sampailah kami di hotel. Sampai jumpa di cerita selanjutnya ya....


Story from Nederland part 1

Diposting oleh arifpemenang , Selasa, 21 Mei 2013 23.15

Ingat catatan saya tentang LOA itu ada? Ya ini adalah lanjutan dari mimpi - mimpiku yang aku tulis 5 tahun yang lalu dan saat ini sudah tercapai. Perjalanan via Garuda Airlines. Setelah 20 jam lebih perjalanan dari Jakarta akhirnya sampai juga kami di Schipol Airport Nederland pada pukul 07.30 WIB (Waktu Indonesia Belanda. hehehe). Oh ya, saya beruntung karena diajak teman saya mbak Riski untuk mengikuti pelatihan bisnis di negeri Belanda. Jadi saya berkesempatan untuk mengunjungi negara nan jauh di sana. Sebuah negara yang belum pernah saya bayangkan sebelumnya.


Bandara milik Belanda ini benar – benar besar. Sampai kaki bengkak baru nyampai di pintu keluar. Mr Christ Willemsen pengusaha yang membina kami, sudah menyambut kedatangan kami di pintu keluar. Sebelum menuju parkiran kami melihat tulisan AMSTERDAM yang ternyata ada di depan bandara. Tak lupa narsis juga di bunga tulip merah yang sangat menawan, seelok wajahmu #eaaaaa.



Langsung saja bersama Mr. Christ Willemsen (panggilannya christ) kami menuju tempat kami menginap di kota Otterlo. Jarak tempuh 200 km hanya sekitar 1,5 jam karena kebetulan jalannya cukup sepi mengingat pada saat saya datang adalah hari libur. Maka sampailah kami di hotel Kruller, hotel yang sederhana namun sangat indah. Saya mendapat kamar paling atas dengan fasilitas bisa membuka genteng untuk menikmati pemandangan sekitar hotel. Dulu aku mengira bahwa Belanda itu hanya memiliki gedung yang tinggi, ternyata selama aku di sana hanya melewati persawahan dan hutan. Sawah – sawah yang hanya dipenuhi oleh rumput dan binatang ternak. Saat perjalanan ke Otterlo saya dapat melihat berbagai hewan ternak seperti sapi, ayam, kuda, babi dan banteng. Semua hewan itu gemuk – gemuk. Saya tidak tahu teknologi apa yang digunakan untuk membuat seperti itu.

Selepas mandi di hotel, Christ mengajak saya untuk mengunjungi rumahnya dan bertemu dengan istri beliau. Selama perjalanan kami menemui banyak hal yang menarik. Mulai tempat yang bernama tempat kemerdekaan Nelson Mandela, kapal kecil yang digunakan sebagai hotel, jalur khusus sepeda di hutan, jalur mobil berada di kanan dan sisi sopir mobil ada di kiri, kota – kota dengan bangunan yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Orang di Belanda paling banyak mengendarai sepeda sebagai transportasi jarak dekat. Di sini jarang terlihat motor, hanya satu motor matic yang saya lihat selama perjalanan. Kuusahakan selalu bercakap dengan Christ walaupun bahasa inggrisku gak begitu bagus. Menanyakan hal yang belum aku ketahui di Belanda.

Mobil kami memasuki komplex perumahan Christ. Semua rumah di komplex ini mempunyai kebun di depan maupun belakang rumah. Rumah kecil tetapi desainnya sangat menarik. Penyusunan ruang dan tata letak interior yang membuat rumah menjadi nyaman. Di sanalah kami disambut oleh Mrs. Christ Willemsen yang sangat ramah. Banyak suguhan yang diberikan kepada kami. Kemudian berjalanlah kami di belakang rumah dan Christ meminjam kami sepeda. Kami kemudian bersepeda sekitar perumahan dan sampailah ke peternakan kuda. Tak lupa kami bernarsis ria untuk berfoto – foto di area itu. Setelah capek narsis, kami kembali di rumah. Kami disuguhi teh dari berbagai merek. Orang sini meminum teh atau kopi tanpa memakai gula. Apabila ingin minum air putih cukup dengan air dari kran. Karena airnya emang untuk minum. Desain pintu depan rumah dibuat dobel. Setelah aku tanya ke Mrs. Christ Willemsen, dibuat dobel supaya angin gak bisa masuk ke dalam rumah saat angin kencang atau ada salju.


Christ mengajak kami ke pasar malam di kota Arnhem. Acara ini hanya dilakukan setahun sekali, itupun hanya sehari. Kami sungguh beruntung bisa mendatangi festival itu. Desain festival pasar malam itu seperti bazar di Surabaya. Pedagang mendirikan stand di area jalan raya. Saya jadi tahu bahwa gratis, korting, kantor itu adalah bahasa belanda. Saya juga melihat penjual sate dan lumpia di festival ini. Senang sekali ada makanan Indonesia di sini. Sayang, satenya adalah sate babi dan penjual berasal dari negara Suriname. Penjual lumpia yang merupakan makanan khas semarang juga dijual oleh orang vietnam.




Kami mencoba berbagai makanan yang ada di sana. Untuk berhati – hati saya tidak makan daging, kecuali seafood. Mampirlah kami di sebuah stand yang menjual makanan yang unik. Diberikanlah tester sebuah makanan yang bentuknya aneh. Emang lidah Indonesia, makanan saya muntahkan dan saya buang ke tempat sampah. Gimana gak aneh, kulit paprika dan di dalamnya ada keju. Kebayang gak rasaya itu makanan. Terus saya nyoba udang, ternyata enak rasanya. Christ membelikan kami udang itu, harganya cukup mencengangkan. 5 euro untuk camilan sederhana itu. Kemudian dilanjutkan belanja keperluan mandi, karena saya pikir di hotel sudah lengkap peralatan mandi. Ternyata hanya ada sabun aja. Masuklah saya di sebuah Minimarket. Saya ingin membeli shampo, sikat gigi dan pasta gigi. Harganya gila, mahal banget  buat orang Indonesia. Beli tiga produk itu yang harusnya cuma habis 20 ribuan rupiah menjadi 7 Euro alias 90 ribuan rupiah. Itupun saya hanya ambil produk yang paling murah. Di sini ada koin yang nilainya 2 euro, 26 ribu rupiah. Di Indonesia, uang seribuan aja udah pake kertas. 


Capek kami berjalan ke sana kemari, akhirnya kami kembali ke rumah Christ dan dilanjutkan kembali ke hotel tempat kami menginap, kota Otterlo. Sampai di hotel kami dinner bersama. Melihat menu, jadi salah tingkah. Semua dalam bahasa Belanda. Terus dijelaskan satu persatu sama Christ makanan apa itu. Ternyata sama aja, saya gak tau jenis makanan yang dijelaskan oleh chris. Akhirnya saya dan mbak riski memilih makanan yang berasal dari ikan karena gak perlu disembelih. Dinner kali ini jatuh pada menu ikan putih. Jangan mengharapkan nasi di kota ini. Makanan di sini lebih banyak menggunakan pasta. Jangan berharap makanan dengan bumbu rempah atau pedas. Jadinya sangat aneh di lidah. Setelah itu lanjut ke kamar dan tidur. Di musim ini jarak Isya’ dan subuh hanya 3 jam. Isya’ jam 12 malem dan Subuh jam 03 pagi. Siangnya juga lebih lama dari Indonesia. Matahari terbit sekitar jam 5 pagi dan tenggelam sekitar jam 9 malam. Jadi cukup susah untuk mengatur waktu.  Sampai jumpa dengan cerita menarik lainnya.