Pasport

Diposting oleh arifpemenang , Senin, 15 Agustus 2011 01.20

Passport (oleh Rhenald Kasali*)

Setiap saat mulai perkuliaha​n, saya selalu bertanya kepada mahasiswa berapa orang yang sudah memiliki pasport. Tidak mengherank​an, ternyata hanya sekitar 5% yang mengangkat​ tangan. Ketika ditanya berapa yang sudah pernah naik pesawat, jawabannya​ melonjak tajam. Hampir 90% mahasiswa saya sudah pernah melihat awan dari atas. Ini berarti mayoritas anak-anak kita hanyalah pelancong lokal.

Maka, berbeda dengan kebanyakan​ dosen yang memberi tugas kertas berupa PR dan paper, di kelas-kela​s yang saya asuh saya memulainya​ dengan memberi tugas mengurus pasport. Setiap mahasiswa harus memiliki "surat ijin memasuki dunia global.". Tanpa pasport manusia akan kesepian, cupet, terkurung dalam kesempitan​, menjadi pemimpin yang steril. Dua minggu kemudian, mahasiswa sudah bisa berbangga karena punya pasport.

Setelah itu mereka bertanya lagi, untuk apa pasport ini? Saya katakan, pergilah keluar negeri yang tak berbahasa Melayu. Tidak boleh ke Malaysia, Singapura,​ Timor Leste atau Brunei Darussalam​. Pergilah sejauh yang mampu dan bisa dijangkau.
"Uang untuk beli tiketnya bagaimana,​ pak?" Saya katakan saya tidak tahu. Dalam hidup ini, setahu saya hanya orang bodohlah yang selalu memulai pertanyaan​ hidup, apalagi memulai misi kehidupan dan tujuannya dari uang. Dan begitu seorang pemula bertanya uangnya dari mana, maka ia akan terbelengg​u oleh constraint​. Dan hampir pasti jawabannya​ hanyalah tidak ada uang, tidak bisa, dan tidak mungkin.

Pertanyaan​ seperti itu tak hanya ada di kepala mahasiswa,​ melainkan juga para dosen steril yang kurang jalan-jala​n. Bagi mereka yang tak pernah melihat dunia, luar negeri terasa jauh, mahal, mewah, menembus batas kewajaran dan buang-buan​g uang. Maka tak heran banyak dosen yang takut sekolah ke luar negeri sehingga memilih kuliah di almamatern​ya sendiri. Padahal dunia yang terbuka bisa membukakan​ sejuta kesempatan​ untuk maju. Anda bisa mendapatka​n sesuatu yang yang terbayangk​an, pengetahua​n, teknologi,​ kedewasaan​, dan wisdom.

Namun beruntungl​ah, pertanyaan​ seperti itu tak pernah ada di kepala para pelancong,​ dan diantarany​a adalah mahasiswa yang dikenal sebagai kelompok backpacker​s. Mereka adalah pemburu tiket dan penginapan​ super murah, menggendon​g ransel butut dan bersandal jepit, yang kalau kehabisan uang bekerja di warung sebagai pencuci piring. Perilaku melancong mereka sebenarnya​ tak ada bedanya dengan remaja-rem​aja Minang, Banjar, atau Bugis, yang merantau ke Pulau Jawa berbekal seadanya.I​ni berarti tak banyak orang yang paham bahwa bepergian keluar negeri sudah tak semenyeram​kan, sejauh, bahkan semewah di masa lalu.

Seorang mahasiswa asal daerah yang saya dorong pergi jauh, sekarang malah rajin bepergian.​ Ia bergabung ke dalam kelompok PKI (Pedagang Kaki Lima Internasio​nal) yang tugasnya memetakan pameran-pa​meran besar yang dikoordina​si pemerintah​. Disana mereka membuka lapak, mengambil resiko, menjajakan​ aneka barang kerajinan,​ dan pulangnya mereka jalan-jala​n, ikut kursus, dan membawa dolar. Saat diwisuda, ia menghampir​i saya dengan menunjukka​n pasportnya​ yang tertera stempel imigrasi dari 35 negara. Selain kaya teori, matanya tajam mengendus peluang dan rasa percaya tinggi. Saat teman-tema​nnya yang lulus cum-laude masih mencari kerja, ia sudah menjadi eksekutif di sebuah perusahaan​ besar di luar negeri.
The Next Convergenc​e
Dalam bukunya yang berjudul The Next Convergenc​e, penerima hadiah Nobel ekonomi Michael Spence mengatakan​, dunia tengah memasuki Abad Ke tiga dari Revolusi Industri. dan sejak tahun 1950, rata-rata pendapatan​ penduduk dunia telah meningkat dua puluh kali lipat. Maka kendati penduduk miskin masih banyak, adalah hal yang biasa kalau kita menemukan perempuan miskin-lul​usan SD dari sebuah dusun di Madura bolak-bali​k Surabaya-H​ongkong.

Tetapi kita juga biasa menemukan mahasiswa yang hanya sibuk demo dan tak pernah keluar negeri sekalipun.​ Jangankan ke luar negeri, tahu harga tiket pesawat saja tidak, apalagi memiliki pasport.Ma​ka bagi saya, penting bagi para pendidik untuk membawa anak-anak didiknya melihat dunia. Berbekal lima ratus ribu rupiah, anak-anak SD dari Pontianak dapat diajak menumpang bis melewati perbatasan​ Entekong memasuki Kuching. Dalam jarak tempuh sembilan jam mereka sudah mendapatka​n pelajaran PPKN yang sangat penting, yaitu pupusnya kebangsaan​ karena kita kurang urus daerah perbatasan​. Rumah-ruma​h kumuh, jalan berlubang,​ pedagang kecil yang tak diurus Pemda, dan infrastruk​tur yang buruk ada di bagian sini. Sedangkan hal sebaliknya​ ada di sisi seberang. Anak-anak yang melihat dunia akan terbuka matanya dan memakai nuraninya saat memimpin bangsa di masa depan. Di universita​s Indonesia,​ setiap mahasiswa saya diwajibkan​ memiliki pasport dan melihat minimal satu negara.

Dulu saya sendiri yang menjadi gembala sekaligus guide nya. Kami menembus Chiangmay dan menyaksika​n penduduk miskin di Thailand dan Vietnam bertarung melawan arus globalisas​i. Namun belakangan​ saya berubah pikiran, kalau diantar oleh dosennya, kapan memiliki keberanian​ dan inisiatif?​ Maka perjalanan​ penuh pertanyaan​ pun mereka jalani. Saat anak-anak Indonesia ketakutan tak bisa berbahasa Inggris, anak-anak Korea dan Jepang yang huruf tulisannya​ jauh lebih rumit dan pronouncia​tion-nya sulit dimengerti​ menjelajah​i dunia tanpa rasa takut. Uniknya, anak-anak didik saya yang sudah punya pasport itu 99% akhirnya dapat pergi keluar negeri. Sekali lagi, jangan tanya darimana uangnya. Mereka memutar otak untuk mendapatka​n tiket, menabung, mencari losmen-los​men murah, menghubung​i sponsor dan mengedarka​n kotak sumbangan.​ Tentu saja, kalau kurang sedikit ya ditomboki dosennya sendiri.

Namun harap dimaklumi,​ anak-anak didik saya yang wajahnya ndeso sekalipun kini dipasportn​ya tertera satu dua cap imigrasi luar negeri. Apakah mereka anak-anak orang kaya yang orangtuany​a mampu membelikan​ mereka tiket? Tentu tidak. Di UI, sebagian mahasiswa kami adalah anak PNS, bahkan tidak jarang mereka anak petani dan nelayan. Tetapi mereka tak mau kalah dengan TKW yang meski tak sepandai mereka, kini sudah pandai berbahasa asing.
Anak-anak yang ditugaskan​ ke luar negeri secara mandiri ternyata memiliki daya inovasi dan inisiatif yang tumbuh. Rasa percaya diri mereka bangkit. Sekembalin​ya dari luar negeri mereka membawa segudang pengalaman​, cerita, gambar dan foto yang ternyata sangat membentuk visi mereka.

Saya pikir ada baiknya para guru mulai membiasaka​n anak didiknya memiliki pasport. Pasport adalah tiket untuk melihat dunia, dan berawal dari pasport pulalah seorang santri dari Jawa Timur menjadi pengusaha di luar negeri. Di Italy saya bertemu Dewi Francesca,​ perempuan asal Bali yang memiliki kafe yang indah di Rocca di Papa. Dan karena pasport pulalah, Yohannes Surya mendapat bea siswa di Amerika Serikat. Ayo, jangan kalah dengan Gayus Tambunan atau Nazaruddin​ yang baru punya pasport dari uang negara.

*) Guru Besar Universita​s Indonesia

Jawapos, 8 Agustus 2011

Bayarlah Hutangmu, Atau Korbankanlah Akhiratmu

Diposting oleh arifpemenang , 01.19

Artikel ini ditulis oleh kawan komunitas EA, Dadang Kadarusman

Hore, Hari Baru! Teman-teman.

Saya tidak akan bertanya apakah Anda mempunyai hutang atau tidak. Selain karena itu adalah hal yang sensitif, kita juga sudah sama-sama mafhum jika berhutang sudah menjadi bagian dari kisah hidup manusia modern. Rumah saya, juga dibeli dengan hutang ke bank. Belanja bulanan saya, dibayar dengan uang plastik alias kartu hutang. Begitulah fakta hidup kita. Tetapi, berhutang pun tidak masalah, selama kita bersedia dan mampu untuk membayarnya. Mengapa? Karena hutang yang tidak terbayarkan bukanlah sekedar urusan dunia, melainkan juga akan menjadi beban di akhirat. Jika kita tidak mau membayar hutang, maka akhirat kita yang dikorbankan.

Sabtu tanggal 13 Agustus 2011 tukang pos datang membawa sepucuk surat. Amplopnya berlogo sebuah perusahaan yang cukup terkenal. “Wah, ada order training dari perusahaan besar nih,” saya langsung ke-GR-an. Bukan GR, tapi berbaik sangka saja. Ketika dibuka, ternyata surat itu dari Kantor Akuntan Publik atas nama perusahaan besar tersebut. Dalam suratnya, dituliskan bahwa auditor mereka menemukan catatan hutang saya kepada perusahaan itu sebesar Rp. 140,000,000.- (seratus empat puluh juta rupiah). Saya tersenyum membaca surat itu. Bagaimana sampai ada hutang itu tidak dijelaskan. Kalau mengutang barang membeli apa; kalau pinjam, ya pinjamnya kapan, kepada siapa, dan buktinya apa? Karena saya tidak pernah belanja atau meminjam uang ke perusahaan itu, maka saya menganggapnya sebagai intermezzo saja. Orang yang mengemplang hutang, pasti terkena laknat. Dan orang yang menuduh orang lain berhutang tanpa kebenaran pasti juga akan menanggung akibatnya. Bagi Anda yang tertarik untuk menemani saya belajar tata karma berhutang, saya ajak untuk memulainya dengan memahami 5 sudut pandang Natural Intellligence berikut ini:

1. Akuilah hutang-hutangmu. Zaman sekarang nyaris menjadi kelaziman untuk melakukan penyangkalan terhadap hutang. Bahkan ada orang yang balik marah hanya karena diingatkan tentang hutangnya. Padahal, ketika seseorang berhutang sesungguhnya dia berkomitmen untuk membayarnya. Kalau sewaktu meminjam itu tidak berniat untuk membayar ya sebaiknya ‘minta’ saja. Karena hukum meminta berbeda dengan berhutang. Selain mengundang penyangkalan, hutang juga bisa menjadikan kita seorang pembohong. Hutang pun sering mendorong kita memberikan janji-janji palsu. Kapan akan dibayar? ‘Minggu depan,’ tapi dalam hati kita tidak sungguh-sungguh ingin membayarnya minggu depan. Seseorang yang menyangkal hutang tidak memiliki motivasi yang kuat untuk membayarnya. Makanya dia akan selalu menunda-nunda pembayarannya. Bahkan sekalipun sebenarnya dia memiliki cukup uang untuk mencicilnya. Maka mengakui hutang-hutang kita, adalah langkah paling penting yang harus kita lakukan.

2. Bayarlah hutang-hutangmu. Ada sebuah kalimat yang selalu diucapkan seseorang dalam setiap upacara pemakaman. Kalimat itu berbunyi begini,”Kalau ada dosa almarhum mohon dimaafkan, dan kalau ada urusan hutang piutang dengan almarhum silakan menghubungi kami sebagai keluarga dan ahli warisnya.” Hal ini menunjukkan bahwa kita semua sadar jika hutang itu bukan urusan sepele. Maka membayar hutang semasa hidup menjadi penting artinya bagi siapapun yang berhutang. Jika keburu meninggal, akibatnya bisa sangat fatal. Guru kehidupan saya menceritakan betapa Rasulullah sangat memperhatikan urusan hutang. Sebagai seorang kepada Negara, beliau tidak hidup bermewah-mewah. Kemana harta beliau? Antara lain, digunakan untuk membayarkan hutang-hutang umatnya yang sudah wafat. Sekarang, kita tidak punya pemimpin mulai seperti Rasulullah. Maka bertekadlah untuk membayar sendiri hutang-hutang kita sebelum meninggal. Sekalipun kita baru bisa mencicilnya.

3. Batasilah jumlah hutangmu. Zaman ini sudah sangat aneh. Nyaris setiap saat kita disodori oleh tawaran untuk berhutang. Lewat surat, telepon, ataupun SMS. Jerat hutang terpasang disetiap jalan yang hendak kita lalui. Tanpa saya ketahui, limit kartu kredit saya sudah menjadi 50 juta. Hah? Memangnya saya bisa belanja sebanyak itu setiap bulannya? Kalau pun bisa belanjanya, apakah saya mampu membayarnya? Kita sering terjebak untuk mengabaikan kemampuan membayar. Sedangkan para pemilik modal terus membombardir kita dengan rayuan berutang yang semakin menjadi-jadi. Disaat semakin banyaknya pihak yang membuka jurang hutang, maka satu-satunya yang bisa membatasi hutang adalah diri kita sendiri. Tak seorang pun peduli apakah kita bisa membayar hutang atau tidak. Tak seorang pun bersedia untuk menebus hutang-hutang kita. Dan tak seorang pun sanggup mendampingi kita menghadapi sidang Tuhan setelah kita mati kelak. Hanya kita sendiri yang bisa. Maka mari, batasilah jumlah hutang kita. Jangan sampai melampaui kemampuan kita sendiri.

4. Terbukalah dengan keadaan keuanganmu. Ada kalanya keadaan kita memang sedang tidak memungkinkan untuk membayar hutang. Tapi kita sering gengsi mengakuinya. Meski begitu, mengelak dan menyangkal hutang bukanlah jalan keluar yang tepat. Penyangkalan hanya akan menimbulkan kemarahan pemilik piutang. Jauh lebih baik untuk mengakui saja jika kita memang sedang tidak mampu untuk membayar hutang. Terbukalah kepada pemilik piutang, dan mintalah penjadwalan ulang. Bagaimana jika mereka menyita barang-barang kita? Itu memang berat. Tetapi jika tidak memiliki solusi yang lebih baik dari itu, mengapa harus sembunyi dibalik gengsi? Percayalah, jikapun terjadi penyitaan, itu jauh lebih baik daripada berhadapan dengan penyiksaan. Banyak bukti kesadisan yang sudah kita saksikan. Bahkan ada yang tak segan sampai menghabisi nyawa seseorang. Itu didunia. Bagaimana dengan diakhirat? Jadi, tak ada gunanya menyangkal. Tak ada artinya melarikan diri. Dan tidak ada manfaatnya untuk berdiri diatas ego bernama gengsi. Terbukalah kepada pemilik piutang tentang kondisi keuangan kita. Lalu bicarakanlah jalan keluar yang terbaik bagi kedua belah pihak.

5. Bersihkanlah harta kekayaanmu dari unsur hutang. Cicilan yang kita bayarkan untuk rumah, kendaraan, kartu kredit dan lain-lainnya adalah bukti komitmen kita untuk selalu membersihkan diri dari hutang. Kepatuhan kita dalam membayar hutang sesuai jadwal adalah sifat terpuji yang perlu kita rawat. Namun, kita kadang tergoda untuk mencicil hutang sesedikit mungkin hanya karena ingin melihat sejumlah dana dalam buku tabungan kita. Maka meski punya uang, kita cenderung untuk membayar tagihan kartu kredit seminimalnya saja. Percayalah, Anda rugi jika demikian. Uang yang kita simpan di bank hanya menghasilkan pemandangan indah sementara pada buku tabungan. Tidak lebih dari itu, karena bunganya tidak seberapa. Tetapi hutang yang ditunda-tunda pembayaranya menggerogoti harta kita dengan sedemikian rakusnya. Maka jika masih ada harta yang tersisa, dahulukan kewajiban membayar hutang. Dengan begitu, harta kita akan semakin bersih dari hutang. Kalau harta kita juga ikut ‘bersih’ hingga tidak bersisa? Maka kita punya jiwa yang bersih dari hutang. Dan kita bisa mulai dari awal lagi. Bukankah itu jauh lebih mulia?

Dizaman modern seperti saat ini, sungguh tidak mudah untuk bisa membebaskan diri dari hutang. Sekalipun begitu, mari kita saling mendoakan agar kita semua diberi kekuatan untuk mengelola hutang dengan sebaik-baiknya, tanpa harus mengorbankan harga diri kita. Ada sebuah doa yang diajarkan oleh guru kehidupan saya. Doa itu berbunyi seperti ini; “Ya Allah, cukupkanlah diriku dengan yang halal dari-Mu. Cukupkanlah aku dengan karunia-Mu. Hingga aku tidak butuh lagi kepada siapapun selain Engkau….” Kata beliau, ini adalah doa yang diajarkan oleh Rasulullah kepada seseorang yang mengadukan tentang beban hutang yang sedang menderanya. Semoga, doa ini menjadi kekuatan bagi kita semua untuk menghadapi zaman yang penuh dengan godaan untuk berhutang. Beruntung, jika kita bisa terlepas dari hutang.

Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman - 15 Agustus 2011

Apa yang menyebabkan saya belum sukses?

Diposting oleh arifpemenang , Minggu, 10 Juli 2011 09.05

Wahai kawan, saya bingung apa yang saya tuliskan lagi. Setiap manusia mempunyai masa lalu. Entah apapun masa lalu itu, yang pasti tidak semua orang mudah untuk melupakannya. Perenungan itu selalu membuatku menyesal. Entah kepada siapa saya berkeluh kesah. Sudah tidak ada orang yang saya percayai di dunia ini. Mengapa saya belum sukses?

Di dalam hati ini terjadi perdebatan. Salah satu hati yang bijak berkata “bukan mengapa saya belum sukses wahai diriku?, tetapi apa yang menyebabkan saya belum sukses?”. Dua pertanyaan yang sangat mirip sekali. Tetapi tentu menghasilkan jawaban yang sangat berbeda. Baiklah mari kita kupas kawan. Ketika ada sebuah pertanyaan mengapa saya belum sukses, tentu jawaban yang terjadi adalah dalih – dalih atau sebuah alasan pembenaran yang seringkali tidak benar. Banyak diantara kita menjawab “karena saya tidak punya uang, karena orang tua saya bukan orang kaya, karena saya tidak beruntung, dan lain masih ribuan jawaban pembenaran”. Jawaban itu tidak akan pernah membuat kita CHANGE untuk lebih baik.

Ketika di dalam mindset kita mempunyai sebuah paradigma yang bagus maka perlu adanya pergeseran pertanyaan “apa yang menyebabkan saya belum sukses?”. Tentu banyak jawaban negatif yang terjadi dalam pertanyaan ini. Akan tetapi jawaban itu merupakan intropeksi diri kita agar ke depan kita lebih berhati – hati dalam melsayakan sebuah tindakan. Kira – kira ketika saya menjawab pertanyaan itu akan keluar kata – kata seperti ini “saya selalu menyakiti hati orang tua saya, saya banyak menipu orang, saya tidak mengembalikan utang yang seharusnya saya bayar, saya terlalu malas, saya tidak mendengarkan orang lain, saya terlalu sombong, saya terlalu ceroboh.”

Beberapa jawaban di atas terkesan negatif, akan tetapi berapa banyak poin – poin luar biasa yang kita temukan. Menemukan sebuah penyakit yang ada di dalam diri saya. Tentu dengan mengetahui penyakit itu dengan mudah akan terobati. Ibarat seorang dokter yang dapat menuliskan resep apabila sudah mengetahui penyakit si pasien. Tentu dengan mengetahui penyakit hati, kita mampu untuk CHANGE pola paradigma yang lebih baik untuk menuju kesuksesan.

Penyakit yang paling berbahaya ketika seseroang tidak mengetahui apa penyakit yang dideritanya. Ketika ada seorang yang sakit perut kemudian diberikan sakit kepala, apa yang terjadi? Bukannya sembuh, justru ada kemungkinan penyakitnya semakin parah. Itu juga dengan penyakit kesuksesan. Apabila anda tidak bisa menemukan penyakit yang menyebabkan anda belum sukses, maka anda tidak pernah sembuh. Jadi temukan penyakit anda dan segera obati dengan obat yang benar. Siapa yang tahu obat yang tepat? jawabannya adalah anda sendiri yang tahu. Tanyakan pada diri anda! Andalah dokter jiwa untuk diri anda sendiri. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi teman – teman semua.

Bagaimana Terlepas dari lilitan hutang dan mendapatkan modal yang syariah

Diposting oleh arifpemenang , Rabu, 18 Mei 2011 07.01

Salam Pemenang buat teman – teman semua, saya yakin anda hari ini pasti berbahagia selalu. Agar dalam seminar tidak lupa materinya, maka saya akan menuliskan setiap saya mengikuti seminar ataupun training. Selain ilmunya bermanfaat, untuk review diri saya sendiri. Pada kesempatan ini saya merangkum seminar “How to Debt Free” dari pak Heppy Trenggono, seorang pengusaha muslim yang saat ini menggunakan konsep syari’ah dalam menjalankan bisnis. Tanpa menggunakan riba, pak Heppy Trenggono berhasil menjadikan PT. Balimuda Group menjadi perusahaan yang mempunyai nilai ratusan milyar rupiah. Saya tidak akan membahas tentang beliau karena biodata beliau ada di buku “10 Pengusaha yang memulai bisnis dari nol”. Silahkan teman – teman cari sendiri ya.

Tahukah anda bahwa 50 % perusahaan tutup dalam jangka waktu 2 tahun, 80% tutup dalam jangka waktu 5 tahun, dan 96% dalam jangka waktu 10 tahun. Marilah kita menjadi bagian 4%, perusahaan kita selalu bertahan dalam jangka waktu yang panjang.
Dari 96% perusahaan yang tutup tersebut banyak disebabkan dalam 6 hal sebagai berikut :

1. Tidak bisa membedakan antara produk dan bisnis
Obsesi pengusaha terhadap produknya membuatnya terlalu percaya diri, sehingga belum mempunyai kemampuan untuk mengenali customernya. Bisnis yang berhasil adalah produknya yang dicintai konsumen, bukan dicintai oleh pemiliknya.
Business is all about competence. Jadi setiap pengusaha harus mengetahui segala kompetensi yang dimiliki oleh perusahaannya. Mulai dari target market, bagaimana cara mencari supplier yang bagus, pengetahuan customer, standar operating procedur, dll.
Contoh : Kenapa Mc D kadang lebih laris daripada restoran yang bahkan makanannya lebih enak, sehat, dan konsep menarik? Jawabannya adalah karena Mc D tahu kompetensinya. Mc D selalu belajar tentang konsumennya dalam setiap Negara. Anda tidak akan pernah mendapatkan paket ayam dan nasi di Mc D Amerika. Mc D Mengetahui bahwa orang Indonesia tidak biasa kalau tidak makan nasi dan suka dengan masakan ayam, maka terdapat paket ayam dan nasi. Di setiap outlet berbeda tentang produknya.

2. Speed vs Strong
Kita addicted dengan speed, banyak pebisnis yang berharap bisnisnya cepat bertumbuh. Cepat dan kuat berbeda. Yang dimaksudkan dengan kuat adalah perusahaan mempunyai konsep bisnis yang kuat, kuat di dalam keuangan (profit), dan kuat secara organisasi. Apabila salah satu tersebut lemah maka perusahaan belum bisa dikatakan kuat. Hakikatnya orang berbisnis cepat maka harus sabar. Jika personal tidak bisa menyesuaikan diri dengan pertumbuhan bisnis, maka ujungnya bisnis akan jatuh juga. Ketidak sabaran dalam berbisnis berujung celaka. Ibarat kita melaju berkendara harus melihat rambu – rambu.
Cara mengelola satu outlet berbeda dengan mengelola 700 outlet. Oleh karena itu perlu persiapan yang matang dari pengusaha untuk bertumbuh.

3. Technical Success
Berapa banyak pengusaha hebat mengandalkan tekhnikal success tetapi tidak kemana – kemana. Jika hanya pandai di tetapi tidak tahu skill yang dibutuhkan dalam bisnis akna menuai kegagalan juga. Yang dibutuhkan adalah kecerdasan berbisnis, bukan hanya teknikal sukses. Kompetensi, knowledge, dan skill dibutuhkan dalam setiap langkah bisnis. Apakah anda sudah memahami skill, knowledge dan skill yang dibutuhkan dalam setiap langkah bisnis anda?

4. Irrational Exuberant
Semangat meledak – ledak tidak hitung resiko sama sekali. Over Exited. Kita memutuskan secara irasional bukan intelektual. Business is intellectual sport. Resiko besar butuh high cost, high profit, low risk yang ideal. Ide bagus belum tentu profit di pasar. Can you make it happen? Dapatkah kamu membuat angka itu terjadi?

5. Lack of second Idea
Banyak perusahaan dulunya hebat tapi sekarang mati. Kita tidak menyesuaikan dengan pasar. Pasar berubah, potensi berubah, tuntutan teknologi berubah. Pengusaha end gate, harus selalu mengurusi bisnis. Hal kritikal dan esensial harus ditangani sendiri, hal yang hanya anda yang lakukan sendiri. Keterlambatan merespon perubahan akan membunuh bisnis, bagaimana dengan bisnis anda hari ini.

6. Run out of Cash
Dari keenam point tersebut, run out of cash adalah sesuatu yang paling krusial. Pengusaha selalu membanggakan bahwa perusahaannya selalu profit tetapi tidak mempunyai cash. Padahal profit dan cash itu BEDA. Profit adalah keuntungan perusahaan yang didapat dari omset dikurang HPP kemudian dikurangi biaya – biaya sehingga terjadilah profit. Tetapi profit tidak lebih dari tulisan kertas saja. Sedangkan cash adalah profit yang berupa cash money.
Dalam beberapa kasus pengusaha yang menyebabkan perusahaannya tutup adalah piutang usaha. Masih beruntung kalau piutang dibayar tepat waktu. Kadangkala piutang dibayarkan mundur dengan jangka waktu yang panjang bahkan ada beberapa yang tidak dibayar. Padahal asset perusahaan banyak berada di produk tersebut. Uang masih di customer sedangkan biaya bulanan selalu berjalan. Gaji karyawan, kantor, perlengkapan, maintenance, dan masih banyak biaya yang harus dikeluarkan setiap bulannya. Ada yang ngotot mereka bisa bertahan, tetapi saya yakin bahwa orang itu menggunakan utang untuk mempertahankan bisnis. Utang itu berdampak kurang baik ke belakang.
Profit is promise cash is settlement. Bisnis investasi di asset menghasilkan sales. Sales mendatangkan profit berubah cash, operational cashflow. Apakah anda telah memiliki keahlian dan kemampuan membacara Finance Report? Ketika perusahaan rugi apa yang harus anda lakukan? Tanpanya bisnis kita tidak akan diterbangkan. Profit is very important but Operating Cash Flow is Everything.

Anda termasuk yang mana? Hati – hati dan segera PERBAIKI bisnis anda sekarang juga!!!


Konsep Melunasi Hutang
Konsep melunasi hutang tercepat dapat dilakukan pada kondisi normal, artinya secara liquid anda dapat membayar angsuran. Saldo hutang interest, pertahun, periode (berapa kali cicil)
Konsep Snow Balling. Menaikkan budget untuk membayar angsuran, lakukan bayar lebih dari jumlah angsuran yang harus anda bayar untuk mempercepat penyelesaian hutang. Tambahkan 10-20 % untuk angsuran. Tidak hanya uang yang digunakan untuk melunasi hutang tapi kepemimpinan diri. Apa yang kita bela, hari ini, hari esok atau hari akhir. Orang yang tidak membangun kekayaan hari ini maka dia membangun kemiskinan nanti.

Menutup hutang jangka pendek dengan menambahkan budget angsuran 10-20% untuk menutup pokok (reverse game)

Konsepnya setiap hutang lunas, sisa budget harus dibayarkan ke hutang berikutnya sehingga mempercepat proses pelunasan. Life is game tetapi kalau tidak tahu ilmunya kita akan dipermainkan perbankan, perusahaan pembiayaan. Perhatikan : Clarity is power.

Bagaimana Cara mengatur duit saat berhutang?
Berapapun Income dan darimanapun harus ada 4 pos yang harus dibagi :
Orang kaya atau miskin tidak ditentukan berapa penghasilannya tapi bagaimana cara bermainnya?

Keuntungan dibagi menjadi 4 pos :
1. Giving. Minimal 10%
2. Saving 10%. Financial Freedom Account hanya untuk investasi bukan untuk yang lain
3. Family tergantung berapa pendapatan kita (pendidikan, kesehatan, dll)
4. Necessity, kebutuhan jangka pendek, jangka panjang

Kita bagi 4 saat susah / senang harus dengan konsep ini. Saving adalah tanggung jawab kita hari ini. Giving, tanggung jawab hari esok. Ia adalah The Mother of Contribution.

Capital / Modal
Setiap membicarakan Bisnis tidak pernah lepas dari topic darimana bisnis dibiayai. Kebanyakan orang berhenti memulai bisnis karena terbentur problem permodalan. Sejatinya Modal dibagi dua jenis :
1. Debt Deal, Bank konvensional
2. Equity Deal, Modal gak pakai bunga. Bank syariah, bagi hasil dan bagi resiko. Investor ada di sini . Uang sangat banyak beredar di Masyarakat. Menggunakan dana penyertaan dari mitra berbentuk saham.

Hutang bank Konvensional
Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal didalamnya. (Al Baqarah 275)

Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa. (Al Baqarah 276)

Banyak sekali ayat suci Al Qur’an yang membahas tentang riba. Saya yakin teman- teman sudah banyak yang memahami bahwa hutang di bank Konvensional itu adalah riba. Saya bukan memang bukan ustadz. Saya juga kurang memahami ilmu agama islam karena saya masih belajar. Tetapi paling tidak semaksimal mungkin menghindarinya agar tidak terjebak riba. Terus bagaimana dengan bank konvensional? Banyak ulama yang berpendapat bahwa hutang itu termasuk riba karena menetapkan bunga dan bunga itu harus dibayar apapun yang terjadi. Karena riba maka hukumnya haram. Jadi daripada ragu – ragu mending gak usah dilakukan itu lebih baik kan? heheheheheh

Sumber dana Equity Deal – Non bank
1. Founder, kita sendiri
2. Family
3. Friend
4. Fools, investor. Suka karena cerita kita
5. Investor pro. Mereka group ingin berinvestasi tapi duit tidak hilang. Perlu tahu konsep berpikirnya : kemungkinan bisnis lebih tinggi.

Yang mesti diingat jangan tawarkan bunga atau keuntungan tetap di dalamnya kepada 5 sumber di atas karena dapat jatuh sebagi RIBA. Tawarkanlah kerja sama bagi hasil.
Profesionall - Investor Pro, tidak mudah mendapatkan dana dari sini, karena mereka selalu pesimis dan hati – hati. Makanya banyak juag diantara kita tidak terlalu menyukai dan mengusahakan dana mereka.

Itulah yang menarik. Entrepreneur selalu optimis dan investor selalu pesimis cari lubang hal apa yang tidak diinginkan terjadi.

Sebenarnya apa sih yang membuat terasa sulit mendapatkan dana dari si Pro? Pasti mereka memiliki banyak alasan. Diantaranya adalah :

Memastikan bahwa uangnya kembali dan bisnis dapat berjalan. Mereka berbisnis dengan intelektual bukan emosional seperti FOOL seolah olah bisnis plan kita dikuliti dengan kejam dan akhirnya juga tidak jadi berinvestasi
Perlukan kita berpikir dengan sudut pandang seperti investor pro ini? Tentu sangat perlu untuk memastikan bisnis kita jalan dan sangat menguntungkan bagi kita karena kita menjalankan bisnis dengan low risk
Sudut pandang seorang investor Pro, Bisnis plan kita akan dibuat dengan cara teliti dan worth it untuk dilaksanakan.


Sesudah merancang bisnis plan yang sesuai dengan versi investor Pro itu bisa berjualan maka kita boleh menemui yang 4 F (Founder, family, friend, and fool) untuk mendapatkan modal. Kita bisa lebih mudah meyakinkan dan mendapatkan uang dari mereka.

Jangan sampai kita dapat modal dari fools dan berpikir ala fools juga (optimis berlebihan), habis juga modal kita. Anda hanya akan mengajak miskin banyak orang.

Perbuatan baik tidak pernah sia - sia

Diposting oleh arifpemenang , Senin, 16 Mei 2011 08.31

Al kisah ada seorang dermawan yg berkeinginan untuk berbuat kebaikan.

Dia telah menyiapkan sejumlah uang yang akan dia berikan kepada beberapa orang yang ditemuinya.

Pada suatu kesempatan dia bertemu dengan seseorang maka langsung saja dia menyerahkan uang yang dimilikinya kepada orang tersebut. Pada keesokan harinya tersiar kabar bahwa ada seseorang yang telah memberikan sejumlah uang kepada seorang penjahat beringas. Mendengar kbr ini si dermawan hanya mengatakan” Ya Tuhan aku telah memberikan uang ke pada seorang penjahat”

Di lain waktu, dia kembali bertemu dengan seseorang, si dermawan pada hari itu juga telah berniat untuk melakukan kebaikan. Ia dengan segera memberikan sejumlah uang kepada orng tersebut. Keesokan harinya tersiar kabar bahwa ada seseorang yang telah memberikan uang kpd seorang koruptor. Mendapat kabar ini si dermawan hanya berkata “Ya Tuhan aku telah memberikan uang kepada koruptor”.

Si dermawan ini tidak berputus asa, ketika dia bertemu dengan seseorang dengan segera dia menyerahkan sejumlah uang yang memang telah disiapkannya. Maka esok harinya pun tersiar kabar bahwa ada seseorang yang telah memberikan sejumlah uang kepada seorang kaya raya. Mendengar hal ini si dermawan hanya berkata. ” Ya Tuhan aku telah memberikan uang kepada penjahat, koruptor dan seorang yang kaya raya”.

Sekilas kita bisa menyimpulkan bahwa si dermawan ini adalah seorang yang “Ceroboh” Asal saja dia memberikan uang yang dimilikinya kepada orang yang tidak dikenalnya, padahal jika dia lebih teliti maka niat baik nya itu bisa lebih berguna tersalurkan kepada orang yang memang membutuhkan.

Tapi ternyata suatu niat yg baik pasti akan berakhir dengan baik, pun begitu pula dengan “kecerobohan” si dermawan.



Uang yg diberikannya kepada sang penjahat ternyata mampu menyadarkannya bahwa di dunia ini masih ada orang baik, orang yg peduli dengan lingkungan sekitarnya. Penjahat ini bertobat dan menggunakan uang pemberian sang dermawan sebagai modal usaha. Sementara sang koroptor, uang cuma-cuma yg diterimanya ternyata menyentuh hati nuraninya yang selama ini telah tertutupi oleh keserakahan, dia menyadari bahwa hidup ini bukanlah tentang berapa banyak yang bisa kita dapatkan. Dia bertekad mengubah dirinya menjadi orang yang baik, pejabat yang jujur dan amanah. Sementara itu pemberian yg diterima oleh si kaya raya telah menelanjangi dirinya, karena selama ini dia adalah seorang yg kikir, tak pernah terbesit dalam dirinya untuk berbagi dengan orang lain, baginya segala sesuatu harus lah ada timbal baliknya. Dirinya merasa malu kepada si dermawan yang dengan kesederhananya ternyata masih bisa berbagi dengan orang lain.

Sahabat, tak akan ada yang berakhir dengan sia-sia terhadap sutau kebaikan. Karena kebaikan akan berakhir pula dengan kebaikan. Hidup ini bukanlah soal berapa banyak yang bisa kita dapatkan, tapi berapa banyak yang bisa kita berikan.



Sumber : http://www.resensi.net/perbuatan-baik-tidak-pernah-sia-sia/2010/06/#ixzz19JTeaUK0

Menembus Batas

Diposting oleh arifpemenang , 08.29

Pada tulisan ini saya menceritakan tentang pengalaman saya dalam pendakian. Walaupun saya bukan pendaki yang hebat tetapi saya bisa menceritakan tentang manfaat yang saya peroleh ketika saya melakukan kegiatan itu. Saya ucapkan terima kasih kepada teman – teman semua yang bersedia mengajak saya untuk mengikuti kegiatan itu.

Kegiatan menantang adalah sesuatu yang sangat saya sukai. Keluar dari zona kenyamanan adalah sesuatu yang sangat menarik. Salah satunya adalah pendakian gunung. Di tim, saya adalah salah satu yang mempunyai fisik kurang begitu kuat untuk pendakian. Barang yang saya bawa juga tidak yang berat. Meskipun begitu, Arif pemenang tidak ingin menjadi rantai lemah dalam tim. Ternyata mindset mempengaruhi kita dalam pendakian itu.

Di sore hari kita tim bersiap – siap untuk melakukan pendakian di sebuah gunung di Jawa TImur. Berada di pos paling bawah. Setelah matahari tenggelam dan keadaan petang pendakian dimulai. Pendakian dilakukan dalam keadaan gelap gulita dengan dibekali lampu sorot yang sangat kecil. Secara logika harusnya pendakian dilakukan pada siang hari biar kelihatan jalannya. Dan berbahaya kalau dilakukan pada malam hari.

Semakin lama semakin menanjak jalan itu, yang saya rasakan adalah medannya tidak begitu susah seperti yang saya pikirkan. Keletihan yang terjadi adalah keletihan sewajarnya ketika kita berjalan jauh. Akhirnya sampai di pos dimana kita mendirikan tenda untuk istirahat sejenak. Setelah bercanda, makan, istirahat,sholat dan lainnya akhirnya jam sudah menunjukan pukul 4 pagi. Waktunya untuk meneruskan perjalanan untuk kepuncak agar bisa melihat sunrise dari puncak kemenangan. Medan yang dilalui ini tidak seperti yang awal tadi karena lebih terjal. Namun, medan itu bisa dilalui tanpa mengenal rasa takut sedikitpun. Berjalan terus menuju puncak sampai nafas kami pun tersengal – sengal. Dengan sekuat tenaga kami hanya melihat bawah karena hari masih sangat petang.

Puncak sudah kelihatan dan kami segera dengan sekuat tenaga untuk mencapai puncak kemenangan itu. Akhirnya sampailah kami pada puncak. Terdapat pemandangan yang begitu luar biasa. Sangat indah menikmati pesona ciptaan Allah SWT. Begitu besar kekuasaan Allah. Semua rasa letih, capek, sakit, dan takut semua menghilang ketika kita berada di puncak kemenangan. Disitu kami sempat untuk mengabadikan yang saya sebut sebagai kemenangan.

Matahari pun sudah menari – nari di atas kepala kita. Terik panas matahari sudah menghiasi gunung itu. Tim akhirnya sepakat untuk kembali ke tenda. Ketika saya mengawali untuk segera turun, alangkah terkejutnya saya pada waktu itu. Terjal sekali jalannya, banyak batu – batu yang tajam dan ketakutan untuk turun mulai melanda. Saya tadi berpikir alangkah mudahnya melewati medan itu tadi pagi, tapi sekarang keadaan terang kenapa justru lebih susah? Dan sampai kebawah pun kami banyak sekali jatuh karena rasa takut itu. Dan pada saat malam itu tidak ada yang jatuh atau kepeleset dalam pendakian.

Itulah teman, ketika kita banyak mengetahui medan dan resiko justru hanya ketakutan yang kita peroleh. Termasuk dalam bisnis, apabila terlalu menguasai medan yang terjadi adalah ketakutan – ketakutan semata. Justru lebih baik kita fokus langkah terkecil kita tanpa mengetahui yang lain. Seperti fokus kepada arah sorotan lampu yang akan kita lalui dengan kaki kita.

Tulisan ini aku dedikasikan untuk teman - teman saya tercinta dalam tim "pasukan karak"