Karena Kita Tak Sama

Diposting oleh arifpemenang , Jumat, 18 Juli 2014 07.19



Perjalanan Ramadhan tahun ini berbeda dari tahun – tahun sebelumnya. Negeri tercinta ini mengalami proses pesta demokrasi Pilpres. Dua kandidat mempunyai kekuatan yang seimbang, sehingga keadaan menjadi memanas. Orang - orang dari berbagai profesi menjadi politikus dadakan. Menjadi politikus di media sosial lebih tepatnya. Banyak website relawan atau pendukung Capres bermunculan. Bahkan media komersial pun kini berpihak. Berbagai tautan kampanye diunggah di halaman media sosial. Pokoknya tautan yang menyudutkan lawan langsung saja diunggah tanpa dicerna informasinya. Facebook adalah media yang paling ramai dengan adanya fenomena itu. Fasilitas berbagi tautan menjadi  paling favourit karena bisa menyebarkan berita.

Saya kira setelah tanggal 9 Juli 2014 media sosial akan menjadi normal. Tetapi dugaan saya salah, ternyata keadaan semakin runyam. Perdebatan malah lebih mengerikan. Pertemanan mungkin saja menjadi pudar akibat dari itu. Saya menyimpulkan setelah tanggal 22 Juli 2014 belum tentu keadaan menjadi normal.  Ada saja yang menjadi penyulut perpecahan. Semoga kesimpulan saya tidak benar.
Bukan hanya itu saja, bahkan ulama pun menjadi sasaran. Layaknya Tuhan, banyak pengguna facebook mengkafirkan dan mensyiahkan orang tanpa tabayyun dahulu. Berbeda pendapat itu boleh tapi bukan menghakimi. Pembela sang ulama pun gak kalah culas dengan ikut – ikutan menghujat tanpa menggunakan ilmu. Fitnah menjadi bertebaran dimana – mana. Akhirnya terjadi debat kusir yang bisa menghancurkan ukhuwah kita.

Setiap manusia itu mempunyai sudut pandang yang berbeda. Jadi kita juga tak bisa membandingkan antara satu dengan lainnya. Seperti Rasulullah mengijinkan Abu Bakar As Sidiq menginfakkan semua hartanya, sedangkan Rasulullah tidak mengijinkan Zaid Ibn Abi Waqqash melakukan seperti Abu Bakar, akan tetapi hanya diperbolehkan menginfakkan sepertiga hartanya saja. Rasulullah mengetahui kemampuan sahabatnya sehingga tidak memaksakan kehendak dengan memperlakukan sama.

Saya mungkin berbeda dengan teman – teman yang bisa menanggapi santai terhadap link – link yang tidak sependapat dengannya. Saya termasuk orang yang mudah tersulut emosi. Saya  tidak terima ada akun yang menjelekkan orang yang membantu Gaza. Waktu yang harusnya saya gunakan untuk memadu kasih dengan Sang Pencipta,  habis saya gunakan untuk berdebat. Parahnya lagi, saat sholat, saya masih saja berpikir untuk menemukan jawaban debat. Apalagi menggunakan ayat suci untuk memenangkan debat, bukan untuk mengingatkan saudaranya. Astagfirullah.

Wahai akhi wahai ukhti, kalian tetaplah saudaraku walaupun kita berbeda. Maafkan saya yang mungkin saja telah menyakiti kalian, dan tentunya saya juga memaafkan kalian biar tidak ada beban di hati ini. Sangat disayangkan kalau di bulan Ramadhan ini hati kita menjadi kotor. Di sepuluh malam terakhir ini lebih baik dimanfaatkan untuk ibadah dan mengejar Lailatul Qodar. Di sepuluh malam terakhir saya akan libur membuka facebook agar hati ini tidak terkotori dengan fitnah – fitnah yang bertebaran di media sosial ini. Siapapun presidennya semoga bisa membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Sampai jumpa setelah lebaran. Mohon maaf lahir dan batin.


Surat Cinta Buat Istriku

Diposting oleh arifpemenang , Minggu, 08 Juni 2014 23.08

Sudah 6 bulan kita bersama dalam ikatan suci. Selama itu pula kita hidup bersama dalam suka maupun duka. Semula tak saling mengenal dan sekarang semakin saling memahami di antara kita. Maafkan aku istriku, yang selalu menuntutmu untuk sempurna. Padahal tak ada di dunia ini yang sempurna selain Allah SWT.

Di luar sana, banyak lelaki yang lebih baik akhlaknya, lebih kaya hartanya, lebih cerdas pikirannya,  lebih rajin ibadahnya, lebih rupawan wajahnya apabila dibandingkan dengan aku. Mungkin di antara mereka ada yang ingin meminangmu. Tapi apa yang terjadi, kamu telah memilih aku dengan segala kekurangan dan kelebihan yang ada di dalam diriku.

Terima kasih istriku, engkau telah selalu membangunkanku dari tidur nyenyakku untuk menjalankan ibadah Qiyyamul Lail, kemudian dilanjutkan dengan Sholat Subuh berjamaah di Masjid. Mengingatkan untuk selalu membaca Al Qur’an seusai Sholat Subuh. Menyiapkan baju kerja sambil menata leher kemejaku. Memasukkan peralatan kerja yang berserakan ke dalam tasku dengan rapinya. Tak lupa mengingatkan untuk Sholat Dhuha sebelum berangkat kerja. Seusai Sholat Dhuha makanan sudah disiapkan di meja agar suaminya tidak kelaparan. Melepaskan kepergian suaminya dengan mengantarkan suaminya ke pintu depan sambil senyum mengembang.

Terima kasih istriku, engkau menyatakan kesanggupan untuk mengandung putra dan putriku kelak. Akupun mungkin tak mampu menggantikan kedudukanmu. Sungguh engkau sangat mulia di sisi Allah. Aku tak pernah tahu betapa beratnya mengandung. Dengan berbagai keluhan rasa sakit yang mungkin tidak akan dirasakan oleh lelaki manapun di dunia ini. Di tengah – tengah rasa sakitmu selalu engkau lantunkan ayat – ayat suci Al Qur’an agar kelak anak kita menjadi pecinta dan penghapal Al Qur’an.

Di tengah – tengah kesakitanmu, engkau masih sanggup untuk bangun lebih awal menjalankan ibadah Qiyyamul Lail. Berdzikir dengan tenangnya dan mendoakan orang - orang yang engkau sayangi agar terbebas dari ancaman neraka. Tak pernah jenuh berjam – jam membaca Al Qur’an dan selalu menyempatkan untuk menghapal ayat suci itu. Juga masih memikirkan belajar ilmu duniawi dalam perkuliahanmu. Keperluan suamimu juga tak pernah ketinggalan engkau siapkan.

Selamat ulang tahun istriku yang tercinta, semoga Allah semakin menyayangimu dengan seiring bertambah umurmu. Semoga kehidupan keluarga kita sakinah, mawwadah dan warrahmah. Aku hanya bisa menuliskan surat cinta ini kepadamu. Aku publikasikan agar menginspirasi para suami, agar mereka tahu, bahwa betapa beratnya menjadi seorang istri. Agar lelaki di dunia ini tidak menyia – nyiakan istrinya. Bawalah istrimu ke jalan menuju Bahtera Surga.


By Arif Pemenang

Menikah ala Otak Kanan

Diposting oleh arifpemenang , Minggu, 26 Januari 2014 02.44


Tidak hanya pengusaha saja yang memakai otak kanan. Menikah pun juga perlu menggunakan otak kanan. Saya bukan termasuk yang tidak punya kenalan cewek. Pergaulan saya juga sangat luas. Saya juga bukanlah orang alim dan ahli Al Qur’an. Ilmu saya tentang agama sangatlah minim. Tapi satu hal, untuk menikah saya memilih untuk tidak pacaran. Saya memutuskan menikah melalui proses yang diridhai oleh Allah.
Saya serahkan urusan masa depan kepada Allah. Allah yang membuat semua kehidupan ini. Saya tidak peduli dengan trend yang ada sekarang ini. Eits, menikah tanpa pacaran justru memerlukan perjuangan yang sangat panjang lo. Ujiannya juga begitu besar. Saya akan menceritakan pengalaman saya tentang proses menikah.

September 2012 saya menulis proposal curriculum vitae tentang diri saya dan kemudian saya serahkan kepada ustadz saya. Tidak banyak yang saya pikirkan pada saat itu. Saya pun belum member tahu kedua orang tua, apa yang saya lakukan pada saat itu.  Cukup lama saya tidak mendapatkan respon tentang proposal itu dari ustadz. Saya juga merasa tidak enak untuk menanyakan mengenai tindak lanjut proposal itu. Semua berjalan apa adanya. Bisnis saya saat itu juga lagi bagus – bagusnya. Alhamdulillah.

Januari 2013 ustadz saya memberikan sebuah amplop sepulang ngaji di kantor saya. Dengan basmallah saya buka amplop tersebut dan ternyata isinya adalah proposal seorang akhwat (perempuan). Formatnya seperti yang saya buat. Setelah saya buka, pertama kali yang saya lihat adalah ibadahnya (terbukti setelah saya menikah). Saat beliau suci, tidak pernah meninggalkan kewajiban sebagai hamba Allah. Bahkan, sunnah seperti sholat tahajud, dhuha dan puasa senin kamis tidak pernah ditinggalkan sejak SMP. Lanjut saya lihat pendidikan terakhir adalah profesi apoteker di ubaya dan lagi menjalani perkuliahan S2 farmasi. Kemudian saya lihat lainnya seperti keluarga yang religius dan berbagai aspek yang lainnya.

Beberapa hari setelah saya menerima proposal itu, ustadz menelepon “apakah saya mau meneruskan proses ta’aruf (perkenalan)?”. Setelah saya sholat istikharah untuk memantapkan hati saya, saya bilang lanjut. Alhamdulillah akhwat juga bersedia untuk tahap ta’aruf. Tahap ta’aruf dilakukan pada hari minggu pada bulan februari 2013 pada pukul 06.00. Ta’aruf dihadiri oleh 4 orang yang terdiri dari saya, sang akhwat, ustadz saya dan ustadzah sang akhwat. Sang akhwat tersebut bernama Riris Rachmawati. Saya yang biasa cerewet terasa mati kutu saat dicecar pertanyaan oleh sang akhwat.  Seperti layaknya ujian, saya diminta untuk membaca Al Qur’an. Sebagai tolak ukur apakah saya bisa membaca Al Qur’an atau tidak. Ta’aruf berjalan selama 1 jam.

Saat menjelang pulang, ustadz membisik saya dengan menanyakan apakah lanjut ke tahap berikutnya, yaitu menemui orang tua sang akhwat. Tanpa berpikir panjang saya bilang lanjut. Alhamdulillah satu bulan berikutnya saya mendapat jawaban yang sama dengan sang akhwat. Pada bulan Maret 2013 saya diminta untuk datang ke rumah sang akhwat sendirian, tanpa ditemani seorangpun. Saya berusaha untuk menjadi lelaki yang sebenarnya. Bukan memacari anak orang, tetapi langsung meminta anak orang untuk dinikahi. Pagi hari saya  menuju ke rumah sang akhwat. Di tengah jalan ternyata mobil saya mengalami cobaan ban kempes.

Susah payah akhirnya sampailah saya di rumah sang akhwat. Alhamdulillah keluarga akhwat menerima dengan tangan terbuka. Ayahnya membentenginya dengan tak akan pernah mengijinkan putrinya untuk pacaran. Beliau juga bilang syarat utama agar bisa menikahi putri kesayangannya adalah takut kepada Allah. Saya kaget, karena hanya itu syaratnya. Saya pikir mereka akan menanyakan hal tentang pekerjaan, gaji, asset yang dipunyai dan lainnya. Ternyata dugaan saya meleset. Sesuatu yang sederhana tapi sangat berat dilakukan. Takut kepada Allah itu berarti sangat luas. Berarti ada yang perlu diubah dalam diri saya dalam hal ibadah.

April 2013 saya memutuskan untuk silaturahmi bersama keluarga besar. Begitu menjelang acara silaturahmi, saya memberanikan diri untuk meminta restu kepada orang tua saya. Masih ada rasa kegetiran, karena usia saya masih 23 tahun. Mungkin masih belum dianggap matang oleh orang tua. Proses pernikahan juga tak seperti dilakukan di desa saya. Saya menceritakan tentang proses menikah islami seperti film Ketika Cinta Bertasbih yang pernah ditonton ibu. Untunglah beliau berdua menyetujui langkah yang saya lakukan. Saya bilang kepada orang yang sangat saya cintai tersebut, bahwa saya mempunyai tekad untuk menikah karena ingin menyempurnakan agama saya dihadapan Allah.

Siapa sangka, bahwa proses yang saya lakukan mendapat cibiran dari keluarga besar yang memang dasarnya kejawen. Saya juga dicecar berbagai pertanyaan tentang weton sang akhwat. Pilihan hari untuk silaturahmi juga hari geblakan (meninggalnya sesepuh). Jadi banyak pakde – pakde yang tidak mau hadir ke acara silaturahmi karena secara weton jelek untuk bepergian jauh. Namun, kami tetap berangkat dengan jumlah keluarga seadanya.

Saya sepakat dengan bapak, bahwa tidak hanya silaturahmi yang dilakukan, tetapi langsung lamaran. Mengingat jarak yang ditempuh cukup jauh. Saya komunikasikan kepada sang akhwat melalui SMS. Alhamdulillah acara lamaran berjalan dengan lancar. Banyak cobaan yang saya alami pada bulan – bulan ini. Bisnis saya mengalami kerugian yang sangat banyak, tak pernah terpikirkan sebelumnya. Banyak project yang berhenti. Subhanallah betapa berat cobaan yang saya alami pada saat itu. Mulai hadir kebimbangan – kebimbangan menyelimuti hati saya.

Pada bulan mei 2013, saya mendapat sms dari akhwat untuk mengembalikan lamaran ke rumah. Menjelang keberangkatan saya ke Belanda untuk belajar. Akhirnya kesepakatan, acara pengembalian lamaran dilakukan pada awal juni 2013, sepulang saya dari negeri Belanda. Telah diputuskan akad nikah dilakukan bulan Januari 2014. Banyak pertimbangan mengapa jarak antara lamaran dan akad begitu lama waktunya. Allah mempunyai rencana yang begitu dahsyat, seandainya saya menikah setelah Ramadhan, mungkin saya tidak punya apa – apa saat itu. Alhamdulillah 3 bulan menjelang menikah, rejeki saya kembali mengalir. Ibarat kran air yang usai diperbaiki.

Banyak yang menyangka proses yang saya lakukan sia – sia karena pasti banyak interaksi antara saya dan sang akhwat. Sama aja dong sama pacaran atau tunangan. Bagaimana saya interaksi kalau telpon saja saya tidak boleh. SMS aja diharuskan tentang persiapan menikah, bukan yang lain. Apalagi yang sifatnya berkhalwat. Alhamdulillah semua itu berhasil kami lalui hingga saya mengucapkan qobiltu.

Orang – orang kampung membicarakan kami, model pernikahan macam apa itu. Sudah lamaran, tapi saat lebaran gak dibawa pulang kampung. Calon istri saya tidak pernah mau diajak salaman dengan orang yang bukan muhrimnya. Saat akad saja, saya tidak didampingi oleh sang akhwat. Setelah saya mengucapkan qobiltu, baru saya boleh menemui sang akhwat. Kami tetap pacaran, tapi pacaran setelah menikah. Kami berkenalan lagi usai akad nikah. Layaknya remaja yang dirundung asmara, tetapi dihiasi dengan ikatan yang suci. Banyak sesuatu yang dilarang menjadi sunnah setelah selesai akad nikah.

Mungkin diantara kawan banyak yang terlalu memilih calon pendamping hidupnya. Kecantikan, agama, kekayaan, pendidikan, pergaulan dan lainnya harus perfect. Sehingga tak banyak juga yang gak dapet – dapet. Kalau boleh saya sarankan, ketika ada seorang akhwat pilihlah satu saja di dalam dirinya yang disukai.  Dulu pertimbangan saya adalah agama yang utama. Untuk harta bisa dicari bersama.  Untuk kecantikan, saya yakin setiap wanita mempunyai pesona sendiri. Untuk menentukan pendidikan, saya berpikir yang penting akhlaknya. Keluarganya, yang penting bukan broken home. Alhamdulillah saya mendapat bonus selain agamanya yang kuat. Istri  saya juga berasal dari keluarga terhormat, punya kecantikan yang membuat saya terpesona, pendidikan jauh lebih tinggi dari saya, dan mempunyai ekonomi yang lebih dari cukup. Kalau dulu saya memikirkan kelemahan saja, mungkin saat ini saya belum menikah. Alhamdulillah Allah memberikan jalan yang terbaik. Artikel ini bukan bermaksud untuk menggurui dan pamer. Insya Allah saya berniat untuk menginspirasi teman – teman, bahwa menikah karena dengan cara islami itu terasa sangat nikmat.

Story from Nederland part 6

Diposting oleh arifpemenang , Senin, 24 Juni 2013 03.11

Hari ini adalah hari terakhir saya berwisata di Belanda. Hari ini pula saya check out dari hotel Grand Kruller. Artinya saya harus berpisah dengan penjaga hotel yang melayani kebutuhan kami. Keramahan yang sangat original. Tujuan kunjungan hari ini adalah kota Den Haag. Banyak orang Indonesia di kota itu. Kedutaan besar juga di Den Haag. Ada sebuah festival tahunan yang bernama Tong tong fair. Sebuah pameran produk yang berasal dari negara Eurasia (Eropa dan Asia).

Dua jam perjalanan telah kami lakukan. Sampailah kami pada perbatasan kota Den Haag. Kota ini sangat berbeda dengan Amsterdam. Den Haag adalah kota yang mayoritas adalah bangunan Modern yang penuh dengan gemerlap. Berbeda dengan Amsterdam yang penuh dengan bangunan kastil kuno. Banyak bangunan tinggi di kota Den Haag.

Kami mampir pada sebuah gedung yang mempunyai parkiran yang begitu luas. Ternyata benar, memang tempat ini adalah digunakan parkir mobil pekerja dan mereka berjalan menuju ke kantornya. Beberapa ada yang kantornya jadi satu sama gedung dan banyak pula yang disitu sekedar menitipkan mobilnya. Setelah itu mereka berjalan ke kantor masing – masing. Di Belanda emang banyak kebiasaan jalan kaki. Keluarlah kami dari gedung parkir itu. Udara hari ini memang sangat dingin. Kami berjalan menuju kantornya PUM. Sebuah lembaga Expert yang membina kami.
      
Kami disambut oleh salah satu pejabat tinggi dari PUM. Saya lupa namanya, pokoknya namanya mengandung kata “Van”. Kantor PUM berada di lantai 15. Ternyata dari ruang pribadi beliau kami bisa melihat keindahan kota Den Haag. Oh ya, di kantor PUM saya melihat beberapa plakat dari Indonesia. Setelah bercakap lebar akhirnya kami pamit untuk melihat tong – tong fair. Dari atas kami bisa melihat dimana tempat Tong – tong fair diselenggarakan. Ternyata tidak jauh dari tempat itu. Mungkin hanya sekitar 1 km dan bisa ditempuh dengan jalan kaki.
Dalam perjalanan ke tempat tong – tong fair, kami disajikan pemandangan bunga yang indah, tak jauh dari situ ada danau beserta bebek yang berenang, burung – burung juga ikut berpartisipasi dalam mempengaruhi benak saya bahwa tempat itu benar – benar indah. Saya mulai banyak melihat orang Indonesia di sekitar lokasi itu. Orang – orang tua bule juga menyapa kami dengan selamat siang dan apa kabar. Sampailah kami di tong – tong fair.
              
Tong – tong fair, tidak seperti yang saya bayangkan. Saya pikir pameran ini berada di gedung seperti JCC jakarta. Ternyata pameran ini hanya berupa tenda – tenda bewarna putih. Ada pemandangan becak khas Indonesia di sekitar lokasi pameran. Pengendaranya rata - rata cewek. Lumayan juga biaya untuk masuk ke pameran ini. Sekitar 5 Euro kalau gak salah. Begitu masuk, kesan negatif menjadi pudar. Ternyata di dalamnya kelihatan cukup bagus tatanannya. Di dalam tenda juga terdapat berbagai fasilitas seperti toilet dan penghangat ruangan.  Pameran ini memang untuk Eurasia. Tetapi mayoritas yang jualan disini adalah penjual produk Indonesia. Mungkin kalau dipresentasi sekitar 90 persen adalah produk Indonesia. Doorprize hadiah pun adalah wisata ke negara Indonesia. Gak kebayang kalau saya yang dapat. Hehehe



Kecap, saus, sambal, balsam, uleg2, layah, dll mungkin bukan barang unik di Indonesia. Tapi di Belanda barang – barang itu unik. Saya begitu senang melihat saus sambal begitu laris. Bahkan dijual 10 kali lipat dari harga Indonesia pun tetap laris dibeli oleh orang – orang Belanda. Banyak potensial bisnis yang bisa saya baca. Begitu mau berjalan keluar ada pengamen dari Indonesia. Yang dinyanyikan lagu – lagu khas Indonesia seperti burung kakak tua, bengawan solo, surabaya, dll. Ada sedikit kisah romantik di sini. Ada seorang nenek yang memakai kursi roda, ditemani seorang kakek yang mendorongnya menyaksikan lagu kakak tua. Nenek itu menangis seperti mengingat masa lalunya. Dengan harunya sang kakek pun ikut menyanyi bersama pengamen dari Indonesia itu untuk menghibur istrinya. Banyak yang mengerumuni pengamen itu. Banyak yang memberikan koin – koin maupun lembaran 5 euro.

Puas kami berjalan – jalan di tong – tong fair, segera kami kami keluar dari gedung tenda itu. Pemandangan indah itu tidak kami lewatkan begitu saja. Tentu saja foto – foto di sekitar danau dan burung – burung liar di sana. Ada seorang nenek Belanda yang mengajak kami ngobrol Bahasa Indonesia. Sebenarnya kami ingin berwisata ke Madurondam. Karena cuaca tidak begitu bagus, kami beralih ke studio Omniversum. Seperti gedung bioskop 3D tapi tampilannya besar dan bulat. Kami memilih film yang berjudul kehidupan di bawah laut. Rata – rata pengunjungnya adalah anak – anak. Jadi  kelihatan yang paling dewasa deh.
Satu Jam telah berlalu dan film udah selesai, segera kami menuju ke Amsterdam untuk menuju hotel yang sudah dipesan melalui via Online. Dalam perjalanan Chris memberi tahu kami ada sebuah jalan di hutan, dan ternyata itu adalah tempat tinggal raja Belanda. Kami menginap di salah satu hotel di pinggiran kota Amsterdam, dekat dengan bandara Schipol. Malam harinya kami makan malam sama Chris dan Tineke. Makan malam terakhir kunjungan di Belanda sesi ini. Sedih juga rasanya karena harus meninggalkan negara yang indah ini. Besoknya kami menuju bandara Schipol, Bandara yang sangat luas. Akhirnya say Good Bye kepada Chris dan Tineke. Mereka menganggap kami seperti anaknya sendiri. See you at Indonesia next year Chris and Tineke…

Story from Nederland part 5

Diposting oleh arifpemenang , Minggu, 02 Juni 2013 23.05

Setelah lama mengunjungi kawasan wisata di Arnhem, maka hari ini saat kunjungan ke ibukota negara Belanda, Amsterdam. Bandara Schipol emang terletak di Amsterdam, tetapi saya belum pernah mengunjungi langsung suasana kota Amsterdam. Pada awalnya, kita menuju kesana dengan mobilnya Chris. Belum sampai Amsterdam, Chris berhenti di sebuah stasiun. Dia mengatakan bahwa, parkir di Amsterdam sangat mahal. Per jamnya bisa sampai 7 Euro. Mending parkir di stasiun pinggiran kota Amsterdam. Ternyata hal itu juga menjadi kebiasaan warga di sini. Untuk menghemat biaya dan menghindari keramaian kota Amsterdam.



Kami memasuki stasiun (lupa namanya) di pinggiran kota Amsterdam. Stasiun sederhana tetapi tetap dengan bangunan mewah. Tak satupun petugas stasiun yang ada di sana. Semua serba elektronik. Oh ya mungkin belum aku jelaskan di tulisan sebelumnya. Orang Belanda itu mempunyai sebuah kartu yang bisa digunakan untuk membayar semua fasilitas di Belanda. Mulai dari tiket kereta api, trem, bus, toilet, parkir, tempat wisata, dll. Bagi yang tidak mempunyai kartu, maka penumpang kereta api bisa membeli di sebuah mesin seperti ATM. Pembelian dilakukan melalui kartu kredit atau kartu debit. Nanti akan muncul tiket dari mesin itu. Oh ya tiketnya itu bukan tiket sembarangan lo. Walaupun berbentuk seperti kertas, tetapi setiap tiket mempunyai chip yang bisa dijadikan untuk detektor untuk membuka pintu kereta api. Jadi sistem kerja di Belanda itu sangat berbeda dengan Indonesia yang padat karya. Di Belanda memakai fasilitas serba elektronik.

Chris membelikan kami tiket. Sedangkan dia dan istrinya tidak perlu membeli karena sudah mempunyai kartu. Menunggu 20 menit, kereta api jurusan pusat kota Amsterdam telah datang. Begitu kereta berjalan, sangat nampak perbedaan dengan kereta di Indonesia. Suspensinya sangat halus dan nyaman, walaupun kecepatannya sangat tinggi. Sampailah kami di stasiun pusat kota. Stasiun yang  menurut saya mewah. Begitu keluar stasiun, saya terpesona dengan keindahan kota Amsterdam. Selama ini saya membayangkan bahwa Amsterdam itu kota dengan bangunan modern. Tetapi di sini saya melihat bahwa Amsterdam itu kota yang penuh dengan bangunan tua tetapi sangat megah.

Kebiasaan orang Belanda, saat bekerja mereka menitipkan mobilnya di  stasiun. Baik dari kota yang dekat maupun jauh dari pusat Amsterdam. Setelah di pusat kota Amsterdam, mereka berjalan kaki atau menyewa sepeda menuju tempat mereka kerja. Jarang yang langsung membawa mobil ke pusat kota. Kota ini sangat ramai dengan orang, tetapi mayoritas mereka berjalan kaki. Di Amsterdam memang tujuan utama wisatawan dari berbagai negara.




Tujuan pertama kami adalah wisata cruise melewati kanal Amsterdam. Salah satu wisata paling terkenal di negeri Belanda. Oh ya kebiasaan Chris dalam membeli tiket wisata untuk kami, selalu via online. Sedangkan untuk dirinya dan istrinya cukup memakai kartu. Naiklah kami ke cruise mengelilingi seluruh sudut kanal Amsterdam. Pemandangan yang sangat indah.




Puas dengan keindahan kota Amsterdam, kami segera menuju ke toko souvenir. Selain coklat, saya banyak membeli souvenir seperti gantungan kunci dan tempelan kulkas. Emang mayoritas yang bisa dibeli adalah itu. Meskipun hanya gantungan kunci, tapi harganya gak tanggung – tanggung. Per biji paling tidak bisa mengeluarkan 3 – 5 euro. Kalikan saja 13.000 rupiah, sudah berapa harganya. Di Indonesia saya bisa membeli gantungan kunci dengan harga 5000an rupiah saja. Tak lupa kami potret – potret di area kota yang semua bangunannya adalah bangunan tua yang megah.




Destinasi selanjutnya adalah Museum Madam Tussaud, sebuah museum yang berisi tentang patung – patung artis hollywood dan tokoh dunia yang berasal dari lilin. Banyak teman – teman yang tertipu lo, mereka menganggapnya asli. Itu berkat kejelian dari seniman patung yang membuatnya sangat mirip. Bentuk badan, tinggi badan, berat badan, gaya berpakaian, bentuk tangan, semua sama dengan aslinya. Satu persatu saya berfoto dengan patung – patung yang cantik. Hehehehe









Kami kemudian mampir di sebuah kafe di kawasan DAM Amsterdam. Banyak turis di sini. Di sini banyak pengamen. Eiitttsss, di sini pengamennya elegan lo. Perlu modal dan skill lo untuk mengamen di sini. Mulai dari musik tradisional yang alatnya mahal dan harus mempunyai skill untuk memutarnya. Ada juga tukang sulap yang membawa berbagai peralatan dan perlengkapan, scream yang butuh kostum yang ribet. Saya liat koin yang mereka dapatkan banyak banget lo. Bayangkan ada banyak recehan 1 euro. Saya rasa lebih dari seratus koin yang mereka dapatkan sehari. Wow, angka yang sangat fantastis deh.



Planning selanjutnya saya menemui pamannya teman yang tinggal di Amsterdam. Namanya pak taufik. Orang Indonesia berdarah Arab. Kami janjian di restoran Indonesia yang milik adiknya. Untuk menuju ke sana, transportasi yang bisa digunakan adalah trem. Oh ya, pusat kota amsterdam : rel dan jalan raya menjadi satu. Trem, taksi, sepeda, mobil di dalam satu jalur. Tidak bisa dibayangkan betapa berbahayanya itu. Tapi saya tanya ke orang – orang, jarang terjadi kecelakaan meskipun kondisi jalurnya seperti itu. Untuk keliling kota Amsterdam paling mudah menggunakan trem. Jarak antar stasiun juga sangat dekat.


Bisa dibayangkan, saya ketinggalan untuk turun dari trem karena kebodohan saya tidak menyiapkan tiket saat turun. Ketika mau turun, tiba – tiba pintu sudah tertutup dan kereta berjalan. Driver tidak mau berhenti sembarang tempat sebelum sampai stasiun. Chris, tineke dan mbak rizki sudah turun duluan. Saya bingung bagaimana cara komunikasi dengan mereka. Baterai handphone sedang low bateray. Saya tersesat di kota Amsterdam. Akhirnya saya berhenti di stasiun terdekat dan saya berjalan menuju stasiun tempat chris, tineke dan mbak rizki turun dari trem. Alhamdulillah saya berhasil menemukan mereka. Selamattttttttttttt……………

Tidak jauh dari tempat kami ketemu, terdapat restoran Indonesia bernama Ibunda. Ternyata itu adalah restoran yang kami cari sebagai tempat janjian dengan pak taufik. Betapa senangnya saya ketemu dengan orang Indonesia lagi. Di sana saya banyak ngobrol – ngobrol tentang bisnis dengan pak taufik. Yang paling penting adalah saya makan masakan Indonesia. Yeesssssssss. Hari udah mulai sore saatnya kembali ke kota Otterlo.

Story from Nederland part 4

Diposting oleh arifpemenang , Senin, 27 Mei 2013 17.50

Openlutch Museum Trip

Chris tidak henti – hentinya memanjakan kami dengan mengajak ke tempat wisata yang luar biasa. Hari minggu destinasinya ada di Openlutch Museum, Arnhem City. Apakah anda sudah pernah ke Taman Mini Indonesia Indah yang ada di Jakarta? Ya, kira – kira mirip itulah. Di sini anda akan menemukan sejarah Belanda. Anda akan menemui berbagai bangunan tradisional masa lampau. Sekolah – sekolah Belanda tidak mengajarkan sejarah bagaimana mereka menjajah Indonesia. Hanya ada sejarah mereka dijajah oleh negara Jerman. Itu sesuatu yang kelam bagi mereka. Bedanya dengan TMII tempat ini berada di tengah hutan dan dingiiinnnn. hehehe


Sebelum memasuki museum, kami melihat alat musik tradisional. Bentuknya unik memang. Lagu – lagu tidak diputar di kaset, tetapi seperti sebuah buku kemudian dimasukkan ke dalam alat musik. Sang pemutar perlu memutar pedal pada alat musik tersebut. Ternyata untuk memutarpun perlu dengan seni. Tidak sembarangan aja memutar, harus tahu lagunya juga. Saya coba memutar alat itu, hasil suaranya gak karuan. Tak lupa narsis di depan alat musik deh.




Tak lama kami langsung masuk ke museum. Chris menawarkan apakah pertama naik kereta dulu? Kami jawab it’s oke. Ada kereta kecil yang merupakan kereta listrik pertama kali yang ada di Belanda. Ternyata kereta listrik itu udah lama ada di sini lo. Naiklah kami ke kereta itu dan bentuknya klasik banget. Kereta dilengkapi dengan penghangat ruangan yang membuat kami semakin nyaman saja. Ada rel yang mengelilingi berbagai rumah tradisional di Belanda.  Kami tidak berhenti dulu untuk melihat – lihat rumah itu. Kami berhenti dulu di stasiun lobby museum untuk melihat gambar 3D sejarah kehidupan tradisional Belanda. Saya belum pernah ke 4D yang ada di Indonesia seperti apa (ndeso. Hehe). Jadi di sini ada beberapa gambar 3D yang dikombinasikan dengan LCD proyektor. Kami memasuki sebuah ruangan seperti bioskop. Ruangan itu bergerak kesamping, atas dan bawah secara memutar untuk melihat gambar 3D yang didesain sangat menarik. Kami melihat berbagai keindahan gambar di sana. Kami jadi tahu bagaimana kehidupan orang Belanda di masa lampau. 20 menit telah berlalu dan acara tersebut sudah selesai.






Chris mengajak kami untuk melihat rumah – rumah tradisional. Layaknya rumah adat yang ada di TMII. Bedanya, di setiap rumah ada orang yang mendemontrasikan tertentu. Misalnya, ada rumah yang berfungsi sebagai pembuat alat dari besi. Ada orang yang mendemontrasikan gimana membuat besi dengan alat – alat manual dan bara api. Mereka  mendemontrasikan dengan bahasa Inggris atau Belanda. Beragam alat dan tempat tinggal tradisional di Openlutch Museum. 

Tempat yang paling menarik adalah rumah yang merupakan camp orang Indonesia dan  menceritakan tentang sejarah datangnya 12.500 orang Maluku (Indonesia) ke Belanda. Mereka didatangkan ke Belanda oleh KNIL. Orang – orang Maluku tersebut dibuatkan rumah yang layak huni oleh pemerintah. Mereka disebar di masing – masing town 25 orang dan satu rumah. Anda bisa menemukan sample bumbu rempah Indonesia di rumah ini.


Setelah capek berjalan dari satu rumah ke rumah yang lain, akhirnya kami kembali ke lobby dengan naik kereta lagi. Bunga tulip berbagai warna kami lihat dalam perjalanan menuju lobby. Kami sempatkan untuk berfoto - foto di kebun bunga itu. Mumpung lagi mekar. Saya sangat beruntung pada saat di sini kami melihat bunga tulip yang begitu cantik. Belanda mampu merubah sesuatu yang sebenarnya biasa menjadi sesuatu menarik. Pengelolaan tempat wisata yang menurutku perlu dilakukan oleh Indonesia. Betapa kayanya Indonesia akan keanekaragaman suku. Betapa banyaknya wisata alam Indonesia yang sangat indah. Di Belanda semuanya rapi. Bahkan pohon yang ada di hutan pun kelihatan ditata dengan rapi. Potensial Indonesia menjadi negara nomer wahid di bidang pariwisata itu sangat tinggi. Saya berharap pemerintah membaca tulisan ini supaya ada pembenahan yang nyata. Apabila tempat wisata banyak dikunjungi wisatawan, maka akan menambah pendapatan negara.