Angka 7 merupakan suatu angka yang sangat spesial buat saya. Hal itu pertanda sudah 7 kali saya melaksanakan bisnis dan alhamdulillah semua sukses tutup. Perjuangan yang saya rasa cukup berarti untuk ke depannya. Seringkali saya ditanya temen2 apa kamu tidak malu gagal kok terus menerus dan terus kapan suksesnya? Bagi saya tidak ada istilah gagal, yang ada adalah proses belajar.
Pertama bisnis yang saya jalani adalah Dea Mie 2. Hal itu merupakan kebanggaan bagi saya karena dalam umur yang masih 18 tahun saya berhasil mendirikan kerajaan bisnis walaupun masih berupa warung. Dengan modal nekat atau istilah dengkul akhirnya saya dirikan Dea Mie 2 yang terletak di Stasiun Bojonegoro. Dengan memberdayakan 2 tenaga, alhamdulillah bisnis ini mengalami kerugian dan akhirnya sukses tutup.
Bisnis kedua adalah Bisnis tour. Bisnis yang kedua ini saya direkrut oleh seorang partner yang saya anggap sudah layak bisnisnya terutama di bidang tour and travel. Karena kesalahan yang saya buat karena membuat kebijakan tanpa ada persetujuan kedua belah pihak maka terjadi perpecahan yang berakibat fatal. Saya dituntut untuk membayar ganti rugi. Dengan jalan musyawarah akhirnya saya berhasil menyelesaikan kemelut yang terjadi. Dan akhirnya alhamdulillah bisnis ini saya tinggalkan.
Setelah bisnis tour saya tinggalkan kemudian saya menginjak bisnis ketiga yaitu mendirikan perusahaan travel baru yang saya beri nama "Travel Kita". Awalnya bisnis ini bagus karena fokus pada penjualan tiket pesawat terbang. Omsetnya bagi saya cukup besar. Namun, karena ada beberapa kesalahan yang membuat saya rugi. Untuk meningkatkan keuntungan perusahaan kami membuat event tahun baruan di Lombok. Dan alhamdulillah tidak ada satupun customer yang berminat untuk memakai jasa pariwisata kami. Karena tidak ada pilihan dan terus merugi maka kami bubarkan perusahaan ini.
Pengumuman Dana dikti telah keluar dan saya berhasil mendapatkan dana 21 juta dengan brand House of Ice. Adanya pengumuman ini yang membuat saya juga membubarkan Travel Kita karena saya harus fokus. Itupun didesak oleh mentor yang mengajari saya bagaimana berbisnis. Saya diminta untuk pilih salah satu bisnis yang bisa membuat saya fokus. Dan dengan berat hati saya fokus di HOI (House of Ice). Bisnis ini saya rasa cukup bagus bagi saya karena berhasil membuat 3 cabang. Dari ketiga cabang hanya satu outlet yang rugi dan bagi saya itu tidak masalah. Namun, masalah datang ketika liburan kuliah tiba. Outlet saya berada di kampus semua sehingga membuat saya pontang panting.
Untuk menambah penghasilan maka saya membeli paket kemitraan jamur crispy Mr. Jac. Saya letakkan outlet di kampus bebarengan dengan HOI dan alhamdulillah jamur ini bisa menjadi dongkrak bisnis karena omsetnya cukup besar. Dan setiap event saya jarang menemui adanya kerugian. Namun, lama kelamaan jarang muncul event dan kampus pun libur. Bersama HOI bisnis jamur crispy saya akhirnya ikut turun dan tidak beromset sama sekali.
Setelah sekian lama tidak beromset akhirnya ada peluang menjadi distributor alarm LPG. Bisnis ini pun sangat fenomenal karena hanya bermodalkan trust atau kepercayaan melalui internet saya berhasil menjual alarm LPG ini sampai ke Medan dan Palembang dalam jumlah yang cukup besar. Namun, karena trend yang sudah turun dan banyak dijual dimana - mana maka omsetpun kembali turun. Bagi saya tidak masalah karena tidak mengeluarkan modal. Dan saya anggap itu pengalaman bisnis tanpa modal. hehehehhe
Dan yang ketujuh adalah bisnis yang membuat saya terkesan. Setelah dirayu oleh teman untuk meninggalkan HOI karena sudah tidak berprospek akhirnya saya terjun ke S Sempoyongan. Bisnis yang langsung difranchisekan walaupun belum teruji. Pada awal bisnis ini kami langsung mengikuti event pameran franchise di Bali dan alhamdulillah outlet kami laku. Untuk pertama kali outlet kami buka di Bali. Itu kebanggaan bagi saya. Namun, karena berbagai suatu hal yang mungkin juga kesalahan saya yang membuat saya mundur dari manajemen s sempoyongan. Istilahnya sesuai dengan namanya saya menjadi sempoyongan betul. hahahahahahah
Alhamdulillah di Bulan Ramadhan ini saya mengalami 7 kali bisnis dan semua berhasil sukses tutup. Mungkin udah rekor kali ya di usia 20 tahun sudah bangkrut 7 kali. heheheheheh. Dan saya anggap itu bukan suatu kebangkrutan melainkan proses belajar. Emang keliatan banyak tenaga yang saya keluarkan tetapi ilmu yang saya dapatkan jauh lebih banyak. Semoga bisnis yang kedelapan saya akan berkembang pesat melejit setelah melalui proses yang luar biasa. Suatu kebanggaan telah menjalani 7 proses bisnis yang merupakan pengalaman yang berarti bagi saya.
Lanjutan bisnis ke-8
Setelah bangkrut 7 kali saya mencoba peruntungan ke Makassar. Saya mendirikan restoran seafood yang bernama "Militer". Saya berharap dengan adanya keunikan pelayanan ala militer, restoran yang saya kelola menjadi ramai. Berkat bantuan modal dari investor Makassar saya berhasil mendirikan bisnis Restoran Seafood Militer. Pengalaman saya dibidang restoran ternyata masih minim, dana terus membengkak. Akhirnya dalam waktu 3 bulan bisnis saya kembali tutup. Alhamdulillah dapat pengalaman yang cukup berharga diperantauan. Karakter kerasnya persaingan juga menjadi pelajaran tersendiri.
Apakah saya menyesal????
Tentu tidak, masih ada bisnis yang ke-9. Tidak ada batas untuk kembali bangkit dan tidak ada alasan untuk menyerah. Apakah ke-8 bisnis itu suatu kerugian? menurut saya itu adalah suatu berkah karena saya mendapatkan pengalaman yang belum tentu orang lain lakukan. Allhamdulillah bisnis yang ke-9 saya berkembang dengan cukup pesat dan sudah 2 tahun berdiri. Bisnis yang ke-9 sudah saya ceritakan di posting sebelumnya. Semoga tulisan ini membawa manfaat bagi kita semua. Semangat pantang menyerah di usia 22 tahun ini saya gelorakan untuk sebuah langkah pasti membangun negeri.
Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari http://www.bankmandiri.co.id dalam rangka memperingati HUT Bank Mandiri ke-14. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan.
FIGHT!
Banyak sekali masyarakat yang bingung bagaimana cara membuka
sebuah usaha. Cara memulai bisnis memang sangat rentan dengan sebuah kenekatan
dari seseorang. Pertimbangan yang paling dikhawatirkan oleh calon wirausaha
adalah modal finansial. Paradigma yang berkembang di kalangan masyarakat luas
adalah untuk membuka usaha diperlukan modal uang yang besar. Selain itu pelaku
bisnis harus memahami ilmu manajemen, pemasaran, dan perencanaan bisnis. Ketakutan
akan bangkrut kerap kali menghantui calon wirausaha. Yang ada didalam pikiran
mereka adalah “jangan – jangan, kalau – kalau, jika – jika”. Padahal itu belum
terjadi. Padahal kalau kita lebih jeli, tanpa modal pun seseorang bisa membuka
bisnis. Sesuatu hal yang paling mahal dalam bisnis adalah kepercayaan.
Baiklah, dari pada hanya dibilang sebagai teori saja, lebih
baik saya menceritakan pengalaman saya pribadi tentang dunia wirausaha. Saya
memulai sebuah usaha dengan mengandalkan sebuah kreatifitas saja. Kreatifitas
itu bukan hanya memunculkan ide – ide yang unik saja, tetapi berpikir cerdas
untuk menggabungkan beberapa konsep untuk menjadi sebuah ide. Modal awal Rp
40.000 yang ada di dompet saya jadikan modal awal untuk memulai bisnis Event
Organizer. Uang itu saya belikan untuk kartu nama dan kuitansi sebagai tiket
sementara. Saya ingin membuat sebuah seminar tentang wirausaha. Di dalam
membuat sebuah seminar, agar bisa segera bisa promosi dan menjual tiket adalah
dengan adanya kepastian pembicara dan gedung seminar.
Dari mana saya dapat uang untuk membayar pembicara dan
gedung seminar? Tenang, kita punya mulut untuk berbicara, telinga untuk
mendengarkan dan pastinya otak yang gunanya untuk berpikir. Yang saya pikirkan
adalah bagaimana caranya agar saya bisa nego kepada pembicara dan gedung
seminar agar bisa dibayar mundur. Saya coba telpon yang saya anggap cukup kenal
dan saya nego kalau fee pembicara dibayar setelah acara. Alhamdulillah ya
sesuatu, ternyata deal. Beliau mau sebagai pembicara dengan dibayar mundur.
Tugas terakhir adalah hunting gedung. Saya liat beberapa lokasi dan saya lihat
ada peluang. Ada sebuah gedung yang cukup bagus, tetapi berada di dalam mall
yang sepi. Saya jual visi kepada pengelola gedung itu “pak, keliatannya gedung
ini cukup menarik digunakan sebagai tempat seminar. Seminar ini dihadiri
ratusan orang. Bisa dibuat trafik untuk mall ini juga lo pak. Tapi saya harus
dapat special price”. Pengelola gedung cukup terkesima dengan visi yang saya
tawarkan. Selain dapat harga murah juga dapat dibayar mundur alias setelah
acara.
Dua hal yang paling krusial dalam mengadakan sebuah seminar
sudah terselesaikan. Saatnya promosi dan menjual tiket. Pake duit? sementara
enggak dulu deh. Promosinya via yang gratis – gratis aja. Senjata utama adalah
facebook. Kalau gabung grup facebook, jangan yang komunitas yang galau saja
tetapi forum untuk pebisnis. Saya coba kemas kalimat yang menarik, dijuallah
tiket seminar itu. Ternyata yang minat banyak. Saat itu masih pake telpon
sendiri. Jadi bawaannya ngangkat telpon melulu. SMS juga banyak banget.
Senjata kedua adalah twitter. Caranya adalah follow tokoh
masyarakat yang followernya banyak. Setelah itu kemas kalimat singkat dan
menarik, twit dan mention kepada tokoh masyarakat yang difollow tadi. Memang
gak semua tokoh mau retwit, tetapi pasti ada yang mau sukarela me-retwit
mention saya. Lumayankan, kalau ada 5 tokoh yang followernya masing – masing
100ribu berarti sudah ada 500ribu orang yang terinformasi seminar saya.
Senjata ketiga adalah milis. Saya ikut berbagai milis komunitas
wirausaha. Kebetulan member yang ada di milis adalah segmen seminar yang saya
adakan. Saya menulis kalimat promosi
yang menarik dan saya postingkan ke dalam milis. Member di milis itu tidak
hanya dari Surabaya saja, tetapi dari seluruh Indonesia. Ternyata banyak juga
yang tertarik untuk ikut acara itu.
Untuk lebih praktis, pembayaran bisa dilakukan via transfer.
Tiket saya jual Rp 100.000. Dari ketiga senjata itu saya bisa hasilkan kurang
lebih 50-an peserta. Lumayankan dapat 5 jutaan. Sebagian uang itu saya gunakan
untuk masang iklan di koran jawa pos (paling terkenal di Surabaya). Hasilnya,
dapet deh tambahan peserta seminar. Sebagian lagi saya gunakan untuk sewa sound
system, lcd, screen dan pembelian peralatan seminar yang dibutuhkan . Saya tidak
berikan konsumsi saat seminar. Selain menghabiskan biaya, ribet juga. Soalnya
tiketnya cuma Rp 100.000.
Tibalah hari-H seminar. Peserta yang sudah bayar di database
sekitar 125 orang. Saya sudah punya kekuatan untuk bayar panitia seminar. Saya
juga sudah punya kekuatan untuk bayar fee pembicara dan gedung. Ada juga
peserta yang bayar hari-H. Saya kasih tarif lebih mahal agar leibh fair. Total
peserta seminar menjadi sekitar 150an orang. Untungnya juga lumayan untuk hasil
jerih payah selama satu bulan. Itu masih awal kan? Pola itu saya gunakan selama
satu tahun dan hasilnya lumayan.
Menginjak ulang tahun pertama EO yang saya dirikan sudah
berhasil mengundang pembicara kelas internasional dengan ribuan peserta dan
pameran dengan ratusan stand di gedung yang paling elegan di Surabaya. Saat ini
kami sudah memberdayakan 20 karyawan dan mempunyai klien di perusahaan –
perusahaan besar dengan nilai yang besar juga. Semua itu berawal dari sebuah
langkah yang sangat kecil kemudian menjadi langkah yang besar. Visi kami adalah
mencerdaskan bangsa dengan membuat seminar – seminar berkualitas dan bagaimana
perusahaan kami bisa mengentas kemiskinan dengan membuka lapangan pekerjaan
sebesar – besarnya. Nothing is imposible.
Seandainya ada 100 pemuda yang menjadi wirausaha berapa
banyak tenaga kerja yang diberdayakan. Wirausaha bukan hanya masalah
penghasilan besar, tetapi wirausaha adalah pengabdian bagi bangsa. Salah satu
saya mendirikan EO Seminar adalah tagline kami “because we care”. Kami sangat
peduli terhadap dunia Entrepreneur di Indonesia. Kami berusaha mengubah
kualitas hidup masyarakat dengan mdngadakan seminar – seminar berkualitas.
Seandainya saya mampu, maka saya akan mengajak satu juta pemuda untuk
berwirausaha untuk menuju ekonomi Indonesia yang makmur. Tidak ada sesuatu yang
langsung besar, semua berasal dari yang kecil. Sikap pantang menyerah dan
tangguh dari seorang wirausaha akan menjadi benteng Ekonomi negeri Indonesia.
Take Action Make it Happen!
Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari http://www.bankmandiri.co.id dalam rangka memperingati HUT Bank Mandiri ke-14. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan.
22 februari merupakan tanggal kelahiranku, tahun 2012 ini sudah 22 tahun aku berada di dunia ini. Banyak pengalaman suka maupun duka dalam menjalani hidup ini. Tantangan demi tantangan dilalui dengan sempurna atau bahkan gagal sama sekali. Sampai detik ini aku masih mampu menghirup udara yang dengan paru – paru yang sehat. Jantung masih berdegup normal sesuai tugasnya.
22 februari tahun lalu aku teringat ketika masih terpontang - panting di kota Makassar. DImana pada saat itu tidak ada penghasilan satu rupiahpun yang aku dapat ketika dalam perantauan di sana. Munculah pikiran – pikiran negatif yang hampir merusak impian saya. Hanya ucapan Ulang tahun dari ibuku, ayahku dan adikku yang membuat aku kembali sadar. Bahwa masa depan itu masihlah sangat panjang.
Kawan, pada tanggal 15 Desember 2010 aku berangkat ke Makassar bertujuan untuk berbisnis di sana. Ada seorang sahabat kenalan dari salah satu pelatihan yang terkenal di Indonesia ini yang mau menampung di sana. Ada tempat tinggal dan makan gratis ketika hidup di sana. Alhamdulillah berkat zona nyaman itu saya menganggur kurang lebih 1,5 bulan. Baru tahu ketika tidak punya tanggungan hidup maka motivasi untuk bertahan hidup rendah. Pelajarannya adalah kalau target anda tinggi, segeralah keluar dari zona kenyamanan.
Pada akhir Januari, akhirnya saya buka Rumah Makan Seafood di Jalan Daeng Sirua, Makassar. Dengan ruko ukuran 6 x 15 Meter yang awalnya cafĂ© dirombak menjadi rumah makan. Saya dengan optimis dapat menyulap rumah makan ini menjadi sangat ramai dengan trik – trik yang saya dapat dari pelatihan. Ternyata dalam aplikasinya masih banyak hal yang belum saya ketahui. Saya kurang memahami ilmu tentang kuliner. Omset yang didapat sangatlah kecil dan tidak sepadan dengan biaya yang dikeluarkan. Rasa kecewa dan malu mulai hadir dalam hidupku. Bagaimana bisa, saya jauh – jauh datang dari jawa untuk merantau tapi mental saya masih sangat cengeng. Disitulah saya belajar tentang Mental.
Awal bulan maret saya kembali pulang kampung. Dengan meminta bantuan teman yang ada di Surabaya untuk menjualkan gerobak saya, agar saya bisa pulang. Alhamdulillah saya dapat pulang ke Surabaya lagi dari hasil penjualan gerobak. Pada saat pulang, awan seakan – akan mendukung perasaan saya yang gelap. Sehingga pesawat yang saya tumpangi menjadi cukup mengerikan karena goncangan yang cukup keras. Sampailah saya di Surabaya, kota yang sangat saya cintai. Orang mengenal Surabaya sebagai kota yang keras, ternyata ada kota yang lebih keras lagi. Hehehehe
Alhamdulillah di hari ulang tahun ini, dunia seakan – akan sangat cerah. Sebuah babak baru dimulai dengan penuh semangat. Usaha yang saya jalani mulai ada pertumbuhan yang cukup signifikan walaupun setahun hasil hanya bisa untuk hidup saja. Paradigma mulai sudah terasah dengan cukup bagus. Perjalanan masih panjang.
Terima kasih ya Allah engkau masih memberikan kesehatan kepada hamba dan keluarga. Engkau mengalirkan rejeki kepada orang yang hatinya lapang. Jatung masih berdegup normal dan sehat. Paru – paru masih bisa menghirup udara yang segar. Otak masih bisa berpikir dan mengingat. Hati yang mampu mengiringi setiap langkah kehidupan. Saya mendapatkan pelajaran hidup yang belum tentu orang mengalaminya. Allah tahu apa yang harus saya jalani dan butuhkan. Terima kasih teman – teman yang membantu saya dan Allah akan membalas kebaikan kalian semua.
Sebelumnya saya ucapin terima kasih kepada Pak Samurai, menjadikan tulisan saya menjadi salah satu bagian bukunya yang membuat saya semakin termotivasi untuk menulis agar selalu bermanfaat. Saya akan jelasin dulu apa itu LOA. Mungkin istilah yang sudah tidak asing lagi bagi pembaca. LOA itu singkatan dari Law of Attraction, sebuah istilah yang dipopulerkan oleh Michael J. Losier dalam bukunya, yaitu tentang hukum tarik menarik. Simplenya, apa yang kita pikirkan secara berulang – ulang, itu yang akan terjadi, terlepas itu positif maupun negatif. Kalau dalam pemahaman saya LOA itu seperti sebuah DOA yang diajarkan oleh agama yang saya anut. Berdoa itu bisa kapan saja dan dimana saja dilakukan. Jadi apapun yang terjadi di dunia ini tidak ada yang namanya kebetulan. Ada sebab dan akibat. Semua itu sudah diatur oleh Sang Pencipta kehidupan ini.
Tentu saja saya menuliskan cerita ini bukan hanya sekedar teori saja. So, pengalaman – pengalaman bagaimana LOA itu bekerja secara nyata dan terjadi. Mungkin ada yang menyanggah itu sebuah kebetulan, tetapi menurut saya itu semua terjadi karena ada sebab akibat. Saya mengenal istilah LOA sejak saya SMA kelas 2 dulu. Walaupun saya berasal dari desa dan kurang pergaulan, akhirnya berusaha bagaimana menjadi yang terbaik ketika ada sebuah peluang.
Awal mulanya saya bergabung menjadi member MLM pada saat SMA. Waktu itu MLM lagi sangat marak di seluruh antero negeri ini, termasuk menjangkit siswa – siswa SMA yang sebenarnya minim sekali pengalaman. Dengan janji – janji yang luar biasa banyak yang tergiur di bisnis ini. Termasuk saya, pada saat itu pengen buktikan bahwa saya pun bisa bergaul. Eitttts, tapi jangan diliat dari negatifnya MLM saja. Banyak perilaku positif yang didapat dari pendidikan member MLM, ilmu itu tidak pernah didapatkan di bangku sekolah. Salah satunya adalah kebiasaan dulunya kurang menyenangkan, sekarang menjadi sebuah hobi. Pasti temen2 tau apa itu kan? Yaps, bener sekali membaca buku. Buku motivasi pertama yang saya baca adalah buku kecil bewarna hijau yang berjudul “How to win Friend and Influence of People” karya Dale Carnegie. Buku yang sangat menarik dan pas untuk saya baca. Berkat membaca buku itu saya yang awalnya kurang pergaulan menjadi orang yang mempunyai banyak teman, dan yang tidak berani presentasi di depan umum menjadi berani presentasi dengan penuh percaya diri walaupun pada awalnya ngomongnya terbata -bata. Bahkan banyak yang bilang, kalau sekarang muka saya muka tembok. Oleh karena itu pernah juga diundang sebagai pembicara di beberapa seminar karena kepedean saya. Hehehehe berguna juga ya…
Di tengah – tengah pelajaran kelas 3 SMA, tiba – tiba perut saya sakit. Saya belum pernah merasakan sesakit ini sebelumnya. Akhirnya saya diantarkan pulang oleh salah seorang teman. Walaupun sudah di rumah, sakitpun tak kunjung sembuh bahkan semakin parah. Bapak yang mendengar keluhan saya kemudian memanggil dokter ke rumah. Dokter yang dipanggil itu tidak mampu meredakan rasa sakit perut saya. Beliau meminta agar saya segera dibawa ke rumah sakit umum. Berangkatlah saya ke rumah sakit. Di ruang UGD saya diperiksa oleh dokter dan diagnosa mempunyai penyakit usus buntu. Ibu dan kerabat yang ada di kampung pun datang. Melihat tetesan air mata ibu karena saya sakit usus buntu membuat aku menangis juga. Takut yang terjadi esok. Dokter yang memeriksa menyarankan agar saya dioperasi besok pagi jam 5 pagi dan tak bisa ditunda. Perasaan takut semakin mendera dan tidak pernah membayangkan bagaimana rasanya dioperasi itu. Akhirnya pasrah saya coba menerima keputusan itu dengan bersabar.
Dari UGD dipindahkan ke kamar yang sangat jelek. Kamar kelas paling bawah, karena semua kamar sudah full. Kamar itu dihuni oleh 5 orang lebih dengan kamar mandi yang sangat pesing. Yang ada di pikiran, alangkah bersyukurnya orang yang sehat. Betapa mahalnya sehat itu. Manusia jarang mensyukuri semua nikmat itu. Pelajaran yang sangat beharga bagi saya mengenai rasa syukur dan iman. Sebelum saya tidur untuk persiapan operasi besok, saya tetap melaksanakan sholat isya’. Saya wudlu dengan air di kamar mandi yang penuh bau pesing. Walaupun mengganggu proses infus sehingga darah menjadi naik ke infus tetapi tetap kulakukan sholat itu dengan cara tetap berdiri. Saya mendapatkan sebuah jawaban dan keyakinan yang luar biasa. Saya berdoa kepada Allah untuk melindungi saya dari marabahaya yang datang.
Saya bangun lebih awal untuk melaksanakan sholat subuh dan tiba – tiba ada orang yang menjerit karena ada keluarganya meninggal pasca operasi. Keyakinan saya pun jadi semakin kuat, bahwa tubuh saya ini masih sehat dan tidak ada penyakit usus buntu. Pada saat dokter spesialis datang, dengan tegas saya bilang “dok, saya tidak sakit usus buntu. Saya sekarang merasa sangat baik”. Dokter agak terkejut dengan sikap saya dan beliaupun meninggalkan saya. Ibupun terheran dengan sikap saya yang tidak mau dioperasi. Kemudian dokter lain, dokter yang cukup jenaka datang untuk memeriksa darah. Mengambil sample darah untuk diperiksa di laboratorium. Sebelum mengumumkan hasilnya, tiba – tiba ada rombongan berbaju seragam putih – putih datang ke kamar saya. Para suster keheranan, mengapa ada tamu begitu banyak datang bukan pada waktu jam jenguk. Ternyata itu adalah teman – teman sekelas yang nekat dan merayu penjaga gerbang rumah sakit agar bisa menjenguk saya. Semangat saya semakin tinggi untuk segera sembuh. Sambil bercanda di kamar dan membuat para pasien ikut bersemangat juga. Kehadiran malaikat – malaikat penolong menjadikan sebuah motivasi yang kuat dan meyakinkanku bahwa aku tidak sakit. Dokter yang memeriksa saya juga merasa heran, ternyata sudah tidak ada penyakit di dalam tubuh saya dan bisa untuk pulang. Alhamdulillah ya Allah, segera saya meninggalkan rumah sakit yang sungguh menyakitkan, banyak tangisan, jeritan, dan penderitaan.
Esoknya langsung saja masuk sekolah dan teman – teman sekelas mendapat jatah menjadi petugas upacara. Karena tidak ikut latihan saya terpaksa hanya sebagai paduan suara. Hebatnya lagi sore langsung bermain bola. Tubuh saya merasa sangat segar dan sehat. Tetapi aku menjadi bahan olok – olokan teman sekelas. Gak apalah yang penting tetap bisa happy dan sehat. Seminggu kemudian saya mendengar anak dari teman bapak meninggal karena operasi usus buntu. Sebulan kemudian ada adik kelas yang meninggal juga karena operasi usus buntu. Kejadian itu yang membuat saya bersyukur sekali atas keputusan yang diambil pada waktu itu. Sebuah keyakinan sehingga menarik segala sesuatu yang positif dari alam semesta. Sebuah doa yang luar biasa. Hukum ketertarikan karena sikap positif dan semangat untuk hidup sehat. Sebuah karunia dan nikmat Allah yang luar biasa.
Cerita LOA tidak hanya terjadi sekali dalam hidup saya tetapi berkali – kali bahkan menyangkut nilai kuliah. Namun, saya hanya menceritakan bagian yang menurut saya paling berkesan. Kejadian kedua adalah hukum tarik menarik agar saya mendapat kesempatan untuk naik pesawat. Keinginan naik pesawat itu menjadi sebuah mimpi tersendiri bagi saya. Membayangkan pada saat take off, saat landing, dan kadang – kadang sambil imajinasi seolah – olah merasakan bagaimana naik pesawat. Bahkan di dalam mimpi juga.
Saya mendapat hadiah handphone smart dari bapak yang bisa digunakan internet di kos – kosan. Fasilitas itu saya manfaatin untuk mencoba hal baru termasuk ikut milis. Ternyata saya terdampar mengikuti milis dibawah naungan ASPPI (Asosiasi profesional pariwisata Indonesia). Waktu itu adalah bulan Juni 2009 dan saya masih menyandang status mahasiswa semester 4. Ada beberapa undangan tentang Fam Trip Lombok untuk persiapan visit 2012 di milis itu. Iseng – iseng aja ngisi formulir dan daftar ke panitia. Formulir juga sekedar file aja, jadi tidak perlu ngirim lewat fax atau pos. Saya pikir untuk mengikuti kegiatan itu perlu membayar berapa juta gitu.
Di pagi hari, pada saat saya bangun tidur membuka email (maklum masih maniak online) dan membuat mata saya terperanjak adalah saya diterima untuk mengikuti kegiatan Fam Trip Lombok. Ternyata itu kegiatan yang ditujukan untuk pengusaha travel di tanah air yang diadakan oleh pemerintah provinsi NTB. Sementara status saya belum punya usaha travel, tapi baru mau buka usaha travel. Alamat travel yang aku pakai adalah kos – kosan dan telponnya adalah nomer flexi yang angka depannya 8. Sehingga tidak kelihatan kalau flexi. Yang sesuatu banget….paling membahagiakan…..adalah perjalanan itu gratis tanpa dipungut biaya seperserpun kecuali naik pesawat terbang. Sementara saya masih punya tabungan 700 ribu. Akhirnya nekat ikut saja karena sangat kepingin bagaimana rasanya naik pesawat dan menikmati pulau Lombok. Ternyata yang saya dapatkan lebih dari yang saya harapkan. Sabarrrrr ya, cerita masih berlanjut. Hehehehhe
Satu hal yang saya lakukan adalah menelepon salah satu peserta Fam Trip itu yang bernama mbak Erni yang punya usaha Esa Wisata Surabaya. Saya booking pesawat lewat beliau karena cara beli pun belum terbayang. Akhirnya kita janjian jam 7 pagi hari jum’at di Bandara Juanda. Untuk ke sana pun harus nyasar – nyasar dulu karena belum pernah menginjakkan kaki di Bandara. Sampailah saya di bandara dan di sana ternyata sudah kumpul beberapa pengusaha travel dari Surabaya. Mulai dari sini saya diajari sama teman – teman caranya check in pesawat, dari awal sampai proses akhir. Sebenarnya gak pernah kebayang, untuk naik pesawat seribet itu. Pesawat pertama kali yang saya tumpangi adalah LION AIR. Saya pun masuk ke dalam pesawat dari pintu belakang sehingga bisa menikmati bentuk pesawat secara nyata dan dari dekat. Perlahan naik tangga pesawat dan disambut oleh pramugari yang cantik dan tinggi. Mencari tempat duduk sesuai dengan nomer check in tadi. Sebelum terbang dijelaskan bagaimana peraturan yang harus ditaati oleh penumpang. Hal yang mendebarkan segera datang, pesawat segera terbang. Berdoalah saya sebanyak – banyaknya agar seluruh penumpang selamat. Yupzz pesawat akhirnya take off dan 20 menit kemudian pesawat sudah stabil di angkasa. Kebetulan cuaca sangat cerah, jadi di pesawat seperti di ruangan tak bergerak saja. Akhirnya saya merasakan apa yang selalu pikirkan berulang – ulang terjadi. Hampir persis apa yang saya bayangkan, kecuali tekanan udara yang membuat telinga saya sakit. Hehehehe dasar wong ndeso….
Sampailah saya di Bandara Lombok, pada waktu itu masih kecil sekali. Belum ada bandara Internasional seperti saat ini. Kalau menurutku lebih mirip terminal. Kami disambut dengan baik oleh panitia. Kita dipertemukan dengan pengusaha travel dari seluruh tanah air. Hampir semua daerah ada perwakilan untuk menghadiri acara Fam Trip tersebut. Dari mereka ada pengusaha travel yang sangat besar. Banyak orang besar di sana. Kami melakukan perjalanan dengan bus yang sangat nyaman menuju hotel. Hotel tempat saya menginap adalah Holiday Resort, hotel berbintang 4 yang fasilitasnya tidak terbayang oleh imajinasi saya. Acara begitu padat sekali. Sampai di hotel langsung mandi. Karena tidak pernah nginep di hotel mewah (kecuali hotel kelas melati saat di Bali rekreasi SMA) untuk mandi pun saya bingung. Toiletpun tidak dilengkapi dengan selang air. Hanya dilengkapi tissue saja. Bener – bener American Style. Dengan malu – malu bertanya teman sekamar saya, pak Bagus. Gimana cara mandi di tempat yang mewah ini. Di kamar mandi yang ukurannya segede kamar kos saya. Ternyata pak Bagus sudah terbiasa menginap di hotel mewah. Selesai mandi pun kami bertukar cerita dan pengalaman masing – masing.
Waktu sudah menunjukkan makan malam (bahasa kerennya Dinner party). Untuk makan kita ditempatkan di hotel Senggigi. Dalam hati, makan malamnya seperti apa ya. Apa nasi kotak? Itulah dipikiranku, karena pada saat rekreasi di bali seperti itu. Hehehehehe.
Ternyata dugaan saya meleset, kita menuju pantai yang sangat terang walaupun di malam hari. Malam yang dihiasi sinar bulan purnama. Semakin mendekat, semakin terdengar suara musik tradisional. Benar – benar tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Ada pesta dinner party langsung di pinggir pantai dihiasi sinar bulan purnama yang indah, diselingi pertunjukan tarian – tarian dan drama tradisional. Rata – rata yang mengunjungi selain tamu Fam Trip adalah bule. Masakan yang disajikan juga menu terbaik hotel itu. Masakan seafood mewah yang belum pernah aku makan seumur hidupku. Disambut langsung oleh GM (General Manager) hotel itu. Bagaimana pelayan memasangkan sapu tangan di selipan bajuku agar tidak kotor. Menuangkan minuman ke gelas saya, entah minuman apa itu juga kurang tau tetapi rasanya enak. Deskripsi pada waktu itu adalah “saya makan makanan paling enak selama hidup saya sambil menikmati suara ombak ditepi pantai dihiasi oleh sinar bulan purnama yang elok sekali, diiringi oleh musik – musik tradisional Lombok yang membuat saya semakin terpukau”. Mungkin saya salah satu orang beruntung dari sekian yang pernah merasakan sajian pesta itu secara gratis dan paling mewah.
Dengan langkah goyah karena capek selesai acara Dinner party pun rombongan kembali ke hotel. Akhirnya saya tidur di hotel. Pagi hari selesai sholat subuh, saya dikagetkan oleh pemandangan dibalik kaca kamar hotel. Samudra yang sangat indah,bewarna biru seperti lukisan. Dihiasi gunung – gunung bewarna biru seberang lautan. Ternyata hotel sengaja dihadapkan langsung ke pantai sehingga penghuni kamar merasa nyaman. Dengan menyeruput kopi panas, saya menikmati pemandangan pantai dari serambi kamar hotel. Menikmati hidup yang belum pernah saya rasakan sama sekali dalam hidup saya. Sesuatu pencapaian yang luar biasa.
Hari berikutnya adalah mengunjungi berbagai daerah, termasuk menikmati hotel the santosa, senggigi, novotel, dan yang paling berkesan adalah villa ombak yang ada di Pulau Gili Trawangan. Pulau yang eksotik banget. Dalam sepanjang perjalanan ke pelabuhan ,jalan akses menuju kesana bus harus menyusuri jalan dekat pantai yang indah. Bewarna biru dan bersih. Disediakan speed boat mewah bagi peserta Fam Trip. Menyeberang laut dengan kecepatan yang cukup tinggi di samudra yang tenang. Tibalah rombongan di pulau Gili Trawangan.
Tiba – tiba tercengang dalam lamunan. Tak terbayangkan dalam seumur hidup saya bisa menikmati pemandangan seperti ini. Selama ini hanya di lukisan kalender yang aku tempel di kamar dindingku. Seperti cerita laskar pelangi ya. Hehehehe. Keindahan yang tidak dapat kulukiskan dengan kata – kata. Tidak ada kendaraan bermotor di sana. Yang ada hanya sarana transportasi berupa kuda dan sepeda. Pemandangan masih ASRI. Bangunan hotel di villa ombak pun sangat mewah dan unik. Lebih lengkapnya aku lampirkan di dalam foto aja.
Sesuatu yang paling istimewa adalah agenda inspeksi kamar mewah di Villa Ombak yang harga per malamnya 5 juta lebih. Kamar yang dilengkapi kolam renang pribadi dan dinding kaca sehingga bisa menikmati seluruh area pemandangan Gili trawangan. Walaupun tidak bermalam di kamar itu, tetapi dalam melakukan vibrasi untuk merasakannya. Beberapa menit saya duduk di hotel itu, merasakan kasurnya yang lebih empuk dan nyaman (sampai sekarangpun belum pernah menikmati kasur seempuk itu walaupun sering nginep di hotel bintang lima). Di dalam hati ini berjanji pada suatu saat aku akan menghadiahkan paket tour ke Lombok kepada dua orang tuaku. Saya ingin menyewa kamar itu untuk orang tuaku. Orang yang jasanya tidak pernah bisa saya balas walaupun sisa akhir hidupku kuabdikan kepada beliau berdua. Kamar yang mempesona sekali. Saya yakin LOA itu ada. Doa akan menghantarkanku ke sana. Saya sampai di sini juga karena keyakinan, keinginan naik pesawat sebelum lulus kuliah juga terlaksana karena LOA. The miracle of Dream. Tuhan telah menjawab semua doa – doa saya.
Sampai sekarang Alhamdulillah saya mulai terbiasa naik pesawat. Tidak hanya pesawat, tetapi juga terbiasa menginap di hotel berbintang 4 dan 5. Mulai dari hotel Holiday Resort Lombok, Hotel Tunjungan Surabaya, Hotel The Sultan Jakarta, Hotel Somerset Surabaya, Santika Jakarta, Hotel Sunan Solo, Hotel Morrisey Jakarta dan berbagai hotel berbintang lain yang lupa namanya. Baik dari uang pribadi maupun fasilitas yang diberikan oleh pihak lain seperti pemerintah, bank mandiri atau instansi yang lain. Saya yang tidak pernah ke Jakarta akhirnya sering kesana. Bahkan dalam setiap bulan kesana.
Itulah pengalaman tentang LOA yang mengantarkan saya dalam kehidupan yang lebih menantang dan berwarna. Dari yang belum pernah menjadi suatu hal yang sering dilakukan. Ada beberapa orang yang berpendapat bahwa LOA itu hanya fatamorgana, itu sah – sah saja karena setiap orang mempunyai sudut pandang yang berbeda. Mungkin semua benar, mungkin juga semua salah. Tentu saja LOA dengan usaha yang kuat. Tetapi yang terpenting adalah menetapkan tujuan atau GOAL sehingga punya tolak ukur untuk mencapainya. Sebelum ada usaha harus ada keyakinan yang menjadikan hukum ketertarikan. Mulai sekarang perlulah kita memikirkan yang baik, agar yang terjadi baik pula. Tulisan ini juga mendukung saya agar yakin terhadap usaha yang saya jalani pasti sukses. Pikiran positif itu menarik energi di semesta alam dan saat ini selalu ada rejeki yang mengalir. Berbagai peluang tiba – tiba hadir dalam bisnis saya. Ketika usaha saya mengalami kesulitan usaha, modal terkuat saya adalah keyakinan bahwa kesuksesan semakin dekat. Sekali lagi saya ucapkan Alhamdulillah. So, percaya atau tidak saya kembalikan ke pembaca. Semoga tulisan ini bermanfaat. See you….. ^_^
Passport (oleh Rhenald Kasali*)
Setiap saat mulai perkuliahan, saya selalu bertanya kepada mahasiswa berapa orang yang sudah memiliki pasport. Tidak mengherankan, ternyata hanya sekitar 5% yang mengangkat tangan. Ketika ditanya berapa yang sudah pernah naik pesawat, jawabannya melonjak tajam. Hampir 90% mahasiswa saya sudah pernah melihat awan dari atas. Ini berarti mayoritas anak-anak kita hanyalah pelancong lokal.
Maka, berbeda dengan kebanyakan dosen yang memberi tugas kertas berupa PR dan paper, di kelas-kelas yang saya asuh saya memulainya dengan memberi tugas mengurus pasport. Setiap mahasiswa harus memiliki "surat ijin memasuki dunia global.". Tanpa pasport manusia akan kesepian, cupet, terkurung dalam kesempitan, menjadi pemimpin yang steril. Dua minggu kemudian, mahasiswa sudah bisa berbangga karena punya pasport.
Setelah itu mereka bertanya lagi, untuk apa pasport ini? Saya katakan, pergilah keluar negeri yang tak berbahasa Melayu. Tidak boleh ke Malaysia, Singapura, Timor Leste atau Brunei Darussalam. Pergilah sejauh yang mampu dan bisa dijangkau.
"Uang untuk beli tiketnya bagaimana, pak?" Saya katakan saya tidak tahu. Dalam hidup ini, setahu saya hanya orang bodohlah yang selalu memulai pertanyaan hidup, apalagi memulai misi kehidupan dan tujuannya dari uang. Dan begitu seorang pemula bertanya uangnya dari mana, maka ia akan terbelenggu oleh constraint. Dan hampir pasti jawabannya hanyalah tidak ada uang, tidak bisa, dan tidak mungkin.
Pertanyaan seperti itu tak hanya ada di kepala mahasiswa, melainkan juga para dosen steril yang kurang jalan-jalan. Bagi mereka yang tak pernah melihat dunia, luar negeri terasa jauh, mahal, mewah, menembus batas kewajaran dan buang-buang uang. Maka tak heran banyak dosen yang takut sekolah ke luar negeri sehingga memilih kuliah di almamaternya sendiri. Padahal dunia yang terbuka bisa membukakan sejuta kesempatan untuk maju. Anda bisa mendapatkan sesuatu yang yang terbayangkan, pengetahuan, teknologi, kedewasaan, dan wisdom.
Namun beruntunglah, pertanyaan seperti itu tak pernah ada di kepala para pelancong, dan diantaranya adalah mahasiswa yang dikenal sebagai kelompok backpackers. Mereka adalah pemburu tiket dan penginapan super murah, menggendong ransel butut dan bersandal jepit, yang kalau kehabisan uang bekerja di warung sebagai pencuci piring. Perilaku melancong mereka sebenarnya tak ada bedanya dengan remaja-remaja Minang, Banjar, atau Bugis, yang merantau ke Pulau Jawa berbekal seadanya.Ini berarti tak banyak orang yang paham bahwa bepergian keluar negeri sudah tak semenyeramkan, sejauh, bahkan semewah di masa lalu.
Seorang mahasiswa asal daerah yang saya dorong pergi jauh, sekarang malah rajin bepergian. Ia bergabung ke dalam kelompok PKI (Pedagang Kaki Lima Internasional) yang tugasnya memetakan pameran-pameran besar yang dikoordinasi pemerintah. Disana mereka membuka lapak, mengambil resiko, menjajakan aneka barang kerajinan, dan pulangnya mereka jalan-jalan, ikut kursus, dan membawa dolar. Saat diwisuda, ia menghampiri saya dengan menunjukkan pasportnya yang tertera stempel imigrasi dari 35 negara. Selain kaya teori, matanya tajam mengendus peluang dan rasa percaya tinggi. Saat teman-temannya yang lulus cum-laude masih mencari kerja, ia sudah menjadi eksekutif di sebuah perusahaan besar di luar negeri.
The Next Convergence
Dalam bukunya yang berjudul The Next Convergence, penerima hadiah Nobel ekonomi Michael Spence mengatakan, dunia tengah memasuki Abad Ke tiga dari Revolusi Industri. dan sejak tahun 1950, rata-rata pendapatan penduduk dunia telah meningkat dua puluh kali lipat. Maka kendati penduduk miskin masih banyak, adalah hal yang biasa kalau kita menemukan perempuan miskin-lulusan SD dari sebuah dusun di Madura bolak-balik Surabaya-Hongkong.
Tetapi kita juga biasa menemukan mahasiswa yang hanya sibuk demo dan tak pernah keluar negeri sekalipun. Jangankan ke luar negeri, tahu harga tiket pesawat saja tidak, apalagi memiliki pasport.Maka bagi saya, penting bagi para pendidik untuk membawa anak-anak didiknya melihat dunia. Berbekal lima ratus ribu rupiah, anak-anak SD dari Pontianak dapat diajak menumpang bis melewati perbatasan Entekong memasuki Kuching. Dalam jarak tempuh sembilan jam mereka sudah mendapatkan pelajaran PPKN yang sangat penting, yaitu pupusnya kebangsaan karena kita kurang urus daerah perbatasan. Rumah-rumah kumuh, jalan berlubang, pedagang kecil yang tak diurus Pemda, dan infrastruktur yang buruk ada di bagian sini. Sedangkan hal sebaliknya ada di sisi seberang. Anak-anak yang melihat dunia akan terbuka matanya dan memakai nuraninya saat memimpin bangsa di masa depan. Di universitas Indonesia, setiap mahasiswa saya diwajibkan memiliki pasport dan melihat minimal satu negara.
Dulu saya sendiri yang menjadi gembala sekaligus guide nya. Kami menembus Chiangmay dan menyaksikan penduduk miskin di Thailand dan Vietnam bertarung melawan arus globalisasi. Namun belakangan saya berubah pikiran, kalau diantar oleh dosennya, kapan memiliki keberanian dan inisiatif? Maka perjalanan penuh pertanyaan pun mereka jalani. Saat anak-anak Indonesia ketakutan tak bisa berbahasa Inggris, anak-anak Korea dan Jepang yang huruf tulisannya jauh lebih rumit dan pronounciation-nya sulit dimengerti menjelajahi dunia tanpa rasa takut. Uniknya, anak-anak didik saya yang sudah punya pasport itu 99% akhirnya dapat pergi keluar negeri. Sekali lagi, jangan tanya darimana uangnya. Mereka memutar otak untuk mendapatkan tiket, menabung, mencari losmen-losmen murah, menghubungi sponsor dan mengedarkan kotak sumbangan. Tentu saja, kalau kurang sedikit ya ditomboki dosennya sendiri.
Namun harap dimaklumi, anak-anak didik saya yang wajahnya ndeso sekalipun kini dipasportnya tertera satu dua cap imigrasi luar negeri. Apakah mereka anak-anak orang kaya yang orangtuanya mampu membelikan mereka tiket? Tentu tidak. Di UI, sebagian mahasiswa kami adalah anak PNS, bahkan tidak jarang mereka anak petani dan nelayan. Tetapi mereka tak mau kalah dengan TKW yang meski tak sepandai mereka, kini sudah pandai berbahasa asing.
Anak-anak yang ditugaskan ke luar negeri secara mandiri ternyata memiliki daya inovasi dan inisiatif yang tumbuh. Rasa percaya diri mereka bangkit. Sekembalinya dari luar negeri mereka membawa segudang pengalaman, cerita, gambar dan foto yang ternyata sangat membentuk visi mereka.
Saya pikir ada baiknya para guru mulai membiasakan anak didiknya memiliki pasport. Pasport adalah tiket untuk melihat dunia, dan berawal dari pasport pulalah seorang santri dari Jawa Timur menjadi pengusaha di luar negeri. Di Italy saya bertemu Dewi Francesca, perempuan asal Bali yang memiliki kafe yang indah di Rocca di Papa. Dan karena pasport pulalah, Yohannes Surya mendapat bea siswa di Amerika Serikat. Ayo, jangan kalah dengan Gayus Tambunan atau Nazaruddin yang baru punya pasport dari uang negara.
*) Guru Besar Universitas Indonesia
Jawapos, 8 Agustus 2011
Diposting oleh
arifpemenang
,
01.19
Artikel ini ditulis oleh kawan komunitas EA, Dadang Kadarusman
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Saya tidak akan bertanya apakah Anda mempunyai hutang atau tidak. Selain karena itu adalah hal yang sensitif, kita juga sudah sama-sama mafhum jika berhutang sudah menjadi bagian dari kisah hidup manusia modern. Rumah saya, juga dibeli dengan hutang ke bank. Belanja bulanan saya, dibayar dengan uang plastik alias kartu hutang. Begitulah fakta hidup kita. Tetapi, berhutang pun tidak masalah, selama kita bersedia dan mampu untuk membayarnya. Mengapa? Karena hutang yang tidak terbayarkan bukanlah sekedar urusan dunia, melainkan juga akan menjadi beban di akhirat. Jika kita tidak mau membayar hutang, maka akhirat kita yang dikorbankan.
Sabtu tanggal 13 Agustus 2011 tukang pos datang membawa sepucuk surat. Amplopnya berlogo sebuah perusahaan yang cukup terkenal. “Wah, ada order training dari perusahaan besar nih,” saya langsung ke-GR-an. Bukan GR, tapi berbaik sangka saja. Ketika dibuka, ternyata surat itu dari Kantor Akuntan Publik atas nama perusahaan besar tersebut. Dalam suratnya, dituliskan bahwa auditor mereka menemukan catatan hutang saya kepada perusahaan itu sebesar Rp. 140,000,000.- (seratus empat puluh juta rupiah). Saya tersenyum membaca surat itu. Bagaimana sampai ada hutang itu tidak dijelaskan. Kalau mengutang barang membeli apa; kalau pinjam, ya pinjamnya kapan, kepada siapa, dan buktinya apa? Karena saya tidak pernah belanja atau meminjam uang ke perusahaan itu, maka saya menganggapnya sebagai intermezzo saja. Orang yang mengemplang hutang, pasti terkena laknat. Dan orang yang menuduh orang lain berhutang tanpa kebenaran pasti juga akan menanggung akibatnya. Bagi Anda yang tertarik untuk menemani saya belajar tata karma berhutang, saya ajak untuk memulainya dengan memahami 5 sudut pandang Natural Intellligence berikut ini:
1. Akuilah hutang-hutangmu. Zaman sekarang nyaris menjadi kelaziman untuk melakukan penyangkalan terhadap hutang. Bahkan ada orang yang balik marah hanya karena diingatkan tentang hutangnya. Padahal, ketika seseorang berhutang sesungguhnya dia berkomitmen untuk membayarnya. Kalau sewaktu meminjam itu tidak berniat untuk membayar ya sebaiknya ‘minta’ saja. Karena hukum meminta berbeda dengan berhutang. Selain mengundang penyangkalan, hutang juga bisa menjadikan kita seorang pembohong. Hutang pun sering mendorong kita memberikan janji-janji palsu. Kapan akan dibayar? ‘Minggu depan,’ tapi dalam hati kita tidak sungguh-sungguh ingin membayarnya minggu depan. Seseorang yang menyangkal hutang tidak memiliki motivasi yang kuat untuk membayarnya. Makanya dia akan selalu menunda-nunda pembayarannya. Bahkan sekalipun sebenarnya dia memiliki cukup uang untuk mencicilnya. Maka mengakui hutang-hutang kita, adalah langkah paling penting yang harus kita lakukan.
2. Bayarlah hutang-hutangmu. Ada sebuah kalimat yang selalu diucapkan seseorang dalam setiap upacara pemakaman. Kalimat itu berbunyi begini,”Kalau ada dosa almarhum mohon dimaafkan, dan kalau ada urusan hutang piutang dengan almarhum silakan menghubungi kami sebagai keluarga dan ahli warisnya.” Hal ini menunjukkan bahwa kita semua sadar jika hutang itu bukan urusan sepele. Maka membayar hutang semasa hidup menjadi penting artinya bagi siapapun yang berhutang. Jika keburu meninggal, akibatnya bisa sangat fatal. Guru kehidupan saya menceritakan betapa Rasulullah sangat memperhatikan urusan hutang. Sebagai seorang kepada Negara, beliau tidak hidup bermewah-mewah. Kemana harta beliau? Antara lain, digunakan untuk membayarkan hutang-hutang umatnya yang sudah wafat. Sekarang, kita tidak punya pemimpin mulai seperti Rasulullah. Maka bertekadlah untuk membayar sendiri hutang-hutang kita sebelum meninggal. Sekalipun kita baru bisa mencicilnya.
3. Batasilah jumlah hutangmu. Zaman ini sudah sangat aneh. Nyaris setiap saat kita disodori oleh tawaran untuk berhutang. Lewat surat, telepon, ataupun SMS. Jerat hutang terpasang disetiap jalan yang hendak kita lalui. Tanpa saya ketahui, limit kartu kredit saya sudah menjadi 50 juta. Hah? Memangnya saya bisa belanja sebanyak itu setiap bulannya? Kalau pun bisa belanjanya, apakah saya mampu membayarnya? Kita sering terjebak untuk mengabaikan kemampuan membayar. Sedangkan para pemilik modal terus membombardir kita dengan rayuan berutang yang semakin menjadi-jadi. Disaat semakin banyaknya pihak yang membuka jurang hutang, maka satu-satunya yang bisa membatasi hutang adalah diri kita sendiri. Tak seorang pun peduli apakah kita bisa membayar hutang atau tidak. Tak seorang pun bersedia untuk menebus hutang-hutang kita. Dan tak seorang pun sanggup mendampingi kita menghadapi sidang Tuhan setelah kita mati kelak. Hanya kita sendiri yang bisa. Maka mari, batasilah jumlah hutang kita. Jangan sampai melampaui kemampuan kita sendiri.
4. Terbukalah dengan keadaan keuanganmu. Ada kalanya keadaan kita memang sedang tidak memungkinkan untuk membayar hutang. Tapi kita sering gengsi mengakuinya. Meski begitu, mengelak dan menyangkal hutang bukanlah jalan keluar yang tepat. Penyangkalan hanya akan menimbulkan kemarahan pemilik piutang. Jauh lebih baik untuk mengakui saja jika kita memang sedang tidak mampu untuk membayar hutang. Terbukalah kepada pemilik piutang, dan mintalah penjadwalan ulang. Bagaimana jika mereka menyita barang-barang kita? Itu memang berat. Tetapi jika tidak memiliki solusi yang lebih baik dari itu, mengapa harus sembunyi dibalik gengsi? Percayalah, jikapun terjadi penyitaan, itu jauh lebih baik daripada berhadapan dengan penyiksaan. Banyak bukti kesadisan yang sudah kita saksikan. Bahkan ada yang tak segan sampai menghabisi nyawa seseorang. Itu didunia. Bagaimana dengan diakhirat? Jadi, tak ada gunanya menyangkal. Tak ada artinya melarikan diri. Dan tidak ada manfaatnya untuk berdiri diatas ego bernama gengsi. Terbukalah kepada pemilik piutang tentang kondisi keuangan kita. Lalu bicarakanlah jalan keluar yang terbaik bagi kedua belah pihak.
5. Bersihkanlah harta kekayaanmu dari unsur hutang. Cicilan yang kita bayarkan untuk rumah, kendaraan, kartu kredit dan lain-lainnya adalah bukti komitmen kita untuk selalu membersihkan diri dari hutang. Kepatuhan kita dalam membayar hutang sesuai jadwal adalah sifat terpuji yang perlu kita rawat. Namun, kita kadang tergoda untuk mencicil hutang sesedikit mungkin hanya karena ingin melihat sejumlah dana dalam buku tabungan kita. Maka meski punya uang, kita cenderung untuk membayar tagihan kartu kredit seminimalnya saja. Percayalah, Anda rugi jika demikian. Uang yang kita simpan di bank hanya menghasilkan pemandangan indah sementara pada buku tabungan. Tidak lebih dari itu, karena bunganya tidak seberapa. Tetapi hutang yang ditunda-tunda pembayaranya menggerogoti harta kita dengan sedemikian rakusnya. Maka jika masih ada harta yang tersisa, dahulukan kewajiban membayar hutang. Dengan begitu, harta kita akan semakin bersih dari hutang. Kalau harta kita juga ikut ‘bersih’ hingga tidak bersisa? Maka kita punya jiwa yang bersih dari hutang. Dan kita bisa mulai dari awal lagi. Bukankah itu jauh lebih mulia?
Dizaman modern seperti saat ini, sungguh tidak mudah untuk bisa membebaskan diri dari hutang. Sekalipun begitu, mari kita saling mendoakan agar kita semua diberi kekuatan untuk mengelola hutang dengan sebaik-baiknya, tanpa harus mengorbankan harga diri kita. Ada sebuah doa yang diajarkan oleh guru kehidupan saya. Doa itu berbunyi seperti ini; “Ya Allah, cukupkanlah diriku dengan yang halal dari-Mu. Cukupkanlah aku dengan karunia-Mu. Hingga aku tidak butuh lagi kepada siapapun selain Engkau….” Kata beliau, ini adalah doa yang diajarkan oleh Rasulullah kepada seseorang yang mengadukan tentang beban hutang yang sedang menderanya. Semoga, doa ini menjadi kekuatan bagi kita semua untuk menghadapi zaman yang penuh dengan godaan untuk berhutang. Beruntung, jika kita bisa terlepas dari hutang.
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman - 15 Agustus 2011
Wahai kawan, saya bingung apa yang saya tuliskan lagi. Setiap manusia mempunyai masa lalu. Entah apapun masa lalu itu, yang pasti tidak semua orang mudah untuk melupakannya. Perenungan itu selalu membuatku menyesal. Entah kepada siapa saya berkeluh kesah. Sudah tidak ada orang yang saya percayai di dunia ini. Mengapa saya belum sukses?
Di dalam hati ini terjadi perdebatan. Salah satu hati yang bijak berkata “bukan mengapa saya belum sukses wahai diriku?, tetapi apa yang menyebabkan saya belum sukses?”. Dua pertanyaan yang sangat mirip sekali. Tetapi tentu menghasilkan jawaban yang sangat berbeda. Baiklah mari kita kupas kawan. Ketika ada sebuah pertanyaan mengapa saya belum sukses, tentu jawaban yang terjadi adalah dalih – dalih atau sebuah alasan pembenaran yang seringkali tidak benar. Banyak diantara kita menjawab “karena saya tidak punya uang, karena orang tua saya bukan orang kaya, karena saya tidak beruntung, dan lain masih ribuan jawaban pembenaran”. Jawaban itu tidak akan pernah membuat kita CHANGE untuk lebih baik.
Ketika di dalam mindset kita mempunyai sebuah paradigma yang bagus maka perlu adanya pergeseran pertanyaan “apa yang menyebabkan saya belum sukses?”. Tentu banyak jawaban negatif yang terjadi dalam pertanyaan ini. Akan tetapi jawaban itu merupakan intropeksi diri kita agar ke depan kita lebih berhati – hati dalam melsayakan sebuah tindakan. Kira – kira ketika saya menjawab pertanyaan itu akan keluar kata – kata seperti ini “saya selalu menyakiti hati orang tua saya, saya banyak menipu orang, saya tidak mengembalikan utang yang seharusnya saya bayar, saya terlalu malas, saya tidak mendengarkan orang lain, saya terlalu sombong, saya terlalu ceroboh.”
Beberapa jawaban di atas terkesan negatif, akan tetapi berapa banyak poin – poin luar biasa yang kita temukan. Menemukan sebuah penyakit yang ada di dalam diri saya. Tentu dengan mengetahui penyakit itu dengan mudah akan terobati. Ibarat seorang dokter yang dapat menuliskan resep apabila sudah mengetahui penyakit si pasien. Tentu dengan mengetahui penyakit hati, kita mampu untuk CHANGE pola paradigma yang lebih baik untuk menuju kesuksesan.
Penyakit yang paling berbahaya ketika seseroang tidak mengetahui apa penyakit yang dideritanya. Ketika ada seorang yang sakit perut kemudian diberikan sakit kepala, apa yang terjadi? Bukannya sembuh, justru ada kemungkinan penyakitnya semakin parah. Itu juga dengan penyakit kesuksesan. Apabila anda tidak bisa menemukan penyakit yang menyebabkan anda belum sukses, maka anda tidak pernah sembuh. Jadi temukan penyakit anda dan segera obati dengan obat yang benar. Siapa yang tahu obat yang tepat? jawabannya adalah anda sendiri yang tahu. Tanyakan pada diri anda! Andalah dokter jiwa untuk diri anda sendiri. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi teman – teman semua.