Inovasi untuk Indonesia Mandiri
Diposting oleh arifpemenang , Minggu, 11 November 2012 20.19
![]() |
Banyak sekali masyarakat yang bingung bagaimana cara membuka
sebuah usaha. Cara memulai bisnis memang sangat rentan dengan sebuah kenekatan
dari seseorang. Pertimbangan yang paling dikhawatirkan oleh calon wirausaha
adalah modal finansial. Paradigma yang berkembang di kalangan masyarakat luas
adalah untuk membuka usaha diperlukan modal uang yang besar. Selain itu pelaku
bisnis harus memahami ilmu manajemen, pemasaran, dan perencanaan bisnis. Ketakutan
akan bangkrut kerap kali menghantui calon wirausaha. Yang ada didalam pikiran
mereka adalah “jangan – jangan, kalau – kalau, jika – jika”. Padahal itu belum
terjadi. Padahal kalau kita lebih jeli, tanpa modal pun seseorang bisa membuka
bisnis. Sesuatu hal yang paling mahal dalam bisnis adalah kepercayaan.
Baiklah, dari pada hanya dibilang sebagai teori saja, lebih
baik saya menceritakan pengalaman saya pribadi tentang dunia wirausaha. Saya
memulai sebuah usaha dengan mengandalkan sebuah kreatifitas saja. Kreatifitas
itu bukan hanya memunculkan ide – ide yang unik saja, tetapi berpikir cerdas
untuk menggabungkan beberapa konsep untuk menjadi sebuah ide. Modal awal Rp
40.000 yang ada di dompet saya jadikan modal awal untuk memulai bisnis Event
Organizer. Uang itu saya belikan untuk kartu nama dan kuitansi sebagai tiket
sementara. Saya ingin membuat sebuah seminar tentang wirausaha. Di dalam
membuat sebuah seminar, agar bisa segera bisa promosi dan menjual tiket adalah
dengan adanya kepastian pembicara dan gedung seminar.
Dari mana saya dapat uang untuk membayar pembicara dan
gedung seminar? Tenang, kita punya mulut untuk berbicara, telinga untuk
mendengarkan dan pastinya otak yang gunanya untuk berpikir. Yang saya pikirkan
adalah bagaimana caranya agar saya bisa nego kepada pembicara dan gedung
seminar agar bisa dibayar mundur. Saya coba telpon yang saya anggap cukup kenal
dan saya nego kalau fee pembicara dibayar setelah acara. Alhamdulillah ya
sesuatu, ternyata deal. Beliau mau sebagai pembicara dengan dibayar mundur.
Tugas terakhir adalah hunting gedung. Saya liat beberapa lokasi dan saya lihat
ada peluang. Ada sebuah gedung yang cukup bagus, tetapi berada di dalam mall
yang sepi. Saya jual visi kepada pengelola gedung itu “pak, keliatannya gedung
ini cukup menarik digunakan sebagai tempat seminar. Seminar ini dihadiri
ratusan orang. Bisa dibuat trafik untuk mall ini juga lo pak. Tapi saya harus
dapat special price”. Pengelola gedung cukup terkesima dengan visi yang saya
tawarkan. Selain dapat harga murah juga dapat dibayar mundur alias setelah
acara.
Dua hal yang paling krusial dalam mengadakan sebuah seminar
sudah terselesaikan. Saatnya promosi dan menjual tiket. Pake duit? sementara
enggak dulu deh. Promosinya via yang gratis – gratis aja. Senjata utama adalah
facebook. Kalau gabung grup facebook, jangan yang komunitas yang galau saja
tetapi forum untuk pebisnis. Saya coba kemas kalimat yang menarik, dijuallah
tiket seminar itu. Ternyata yang minat banyak. Saat itu masih pake telpon
sendiri. Jadi bawaannya ngangkat telpon melulu. SMS juga banyak banget.
Senjata kedua adalah twitter. Caranya adalah follow tokoh
masyarakat yang followernya banyak. Setelah itu kemas kalimat singkat dan
menarik, twit dan mention kepada tokoh masyarakat yang difollow tadi. Memang
gak semua tokoh mau retwit, tetapi pasti ada yang mau sukarela me-retwit
mention saya. Lumayankan, kalau ada 5 tokoh yang followernya masing – masing
100ribu berarti sudah ada 500ribu orang yang terinformasi seminar saya.
Senjata ketiga adalah milis. Saya ikut berbagai milis komunitas
wirausaha. Kebetulan member yang ada di milis adalah segmen seminar yang saya
adakan. Saya menulis kalimat promosi
yang menarik dan saya postingkan ke dalam milis. Member di milis itu tidak
hanya dari Surabaya saja, tetapi dari seluruh Indonesia. Ternyata banyak juga
yang tertarik untuk ikut acara itu.
Untuk lebih praktis, pembayaran bisa dilakukan via transfer.
Tiket saya jual Rp 100.000. Dari ketiga senjata itu saya bisa hasilkan kurang
lebih 50-an peserta. Lumayankan dapat 5 jutaan. Sebagian uang itu saya gunakan
untuk masang iklan di koran jawa pos (paling terkenal di Surabaya). Hasilnya,
dapet deh tambahan peserta seminar. Sebagian lagi saya gunakan untuk sewa sound
system, lcd, screen dan pembelian peralatan seminar yang dibutuhkan . Saya tidak
berikan konsumsi saat seminar. Selain menghabiskan biaya, ribet juga. Soalnya
tiketnya cuma Rp 100.000.
Tibalah hari-H seminar. Peserta yang sudah bayar di database
sekitar 125 orang. Saya sudah punya kekuatan untuk bayar panitia seminar. Saya
juga sudah punya kekuatan untuk bayar fee pembicara dan gedung. Ada juga
peserta yang bayar hari-H. Saya kasih tarif lebih mahal agar leibh fair. Total
peserta seminar menjadi sekitar 150an orang. Untungnya juga lumayan untuk hasil
jerih payah selama satu bulan. Itu masih awal kan? Pola itu saya gunakan selama
satu tahun dan hasilnya lumayan.
Menginjak ulang tahun pertama EO yang saya dirikan sudah
berhasil mengundang pembicara kelas internasional dengan ribuan peserta dan
pameran dengan ratusan stand di gedung yang paling elegan di Surabaya. Saat ini
kami sudah memberdayakan 20 karyawan dan mempunyai klien di perusahaan –
perusahaan besar dengan nilai yang besar juga. Semua itu berawal dari sebuah
langkah yang sangat kecil kemudian menjadi langkah yang besar. Visi kami adalah
mencerdaskan bangsa dengan membuat seminar – seminar berkualitas dan bagaimana
perusahaan kami bisa mengentas kemiskinan dengan membuka lapangan pekerjaan
sebesar – besarnya. Nothing is imposible.
Seandainya ada 100 pemuda yang menjadi wirausaha berapa
banyak tenaga kerja yang diberdayakan. Wirausaha bukan hanya masalah
penghasilan besar, tetapi wirausaha adalah pengabdian bagi bangsa. Salah satu
saya mendirikan EO Seminar adalah tagline kami “because we care”. Kami sangat
peduli terhadap dunia Entrepreneur di Indonesia. Kami berusaha mengubah
kualitas hidup masyarakat dengan mdngadakan seminar – seminar berkualitas.
Seandainya saya mampu, maka saya akan mengajak satu juta pemuda untuk
berwirausaha untuk menuju ekonomi Indonesia yang makmur. Tidak ada sesuatu yang
langsung besar, semua berasal dari yang kecil. Sikap pantang menyerah dan
tangguh dari seorang wirausaha akan menjadi benteng Ekonomi negeri Indonesia.
Take Action Make it Happen!
Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari http://www.bankmandiri.co.id dalam rangka memperingati HUT Bank Mandiri ke-14. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan.
Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari http://www.bankmandiri.co.id dalam rangka memperingati HUT Bank Mandiri ke-14. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan.
Posting Komentar